Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima TNI soal Status Operasi Naik Jadi Siaga Tempur: Dalam Kondisi Ini, Naluri Prajurit Harus Terbangun

Kompas.com - 18/04/2023, 16:11 WIB
Pythag Kurniati

Editor

PAPUA, KOMPAS.com- Panglima TNI Laksamana Yudo Margono meningkatkan status operasi TNI di Nduga menjadi siaga tempur.

Hal itu menyusul serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap 36 personel TNI di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan yang mengakibatkan Pratu Miftahul Arifin gugur, Sabtu (15/4/2023).

"Kita tetap melakukan operasi penegakan hukum dengan soft approach dari awal saya sudah dampaikan itu, tapi tentunya dengan kondisi seperti ini, di daerah tertentu kita ubah menjadi operasi siaga tempur," kata Panglima di Mimika, Papua Tengah melalui rekaman suara yang dibagikan, Selasa (18/4/2023).

Baca juga: Imbas Prajurit Diserang KKB di Nduga, Panglima TNI: Operasi Menjadi Siaga Tempur

Naluri prajurit

Panglima mencontohkan dengan kondisi di Natuna, Kepulauan Riau.

"Kalau TNI di Natuna ada siaga tempur laut, di sini siaga tempur darat. Ditingkatkan dari yang tadi soft approach menghadapi serangan 15 April yang lalu kita siapkan," kata dia.

"Kalau kontak tembak ya harus timbul naluri (tempur) prajurit harus muncul makanya harus siaga tempur itu," lanjut Yudo.

Baca juga: Panglima TNI Sebut KKB Serang 36 Personel TNI, 1 Prajurit Gugur, 4 Masih Hilang

Menurutnya peningkatan status operasi diperlukan dalam kondisi ini.

"Selama ini kan kita operasi teritorial, komunikasi sosial tetap kita laksanakan, tapai kalau menghadapi seperti ini ya harus siaga tempur," katanya.

Serangan KKB

Yudo menegaskan, ada satu prajurit yang gugur dalam serangan KKB terhadap 36 personel TNI saat mereka bertugas mencari keberadaan pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mertens.

Menurut Yudo, para prajurit diadang dan ditembaki oleh KKB hingga satu prajurit TNI bernama Pratu Miftahul Arifin gugur tertembak dan jatuh ke jurang.

Selain itu, ada empat prajurit yang terluka dan empat prajurit lain masih belum diketahui keberadaannya.

"Yang belum terkonfirmasi sampai saat ini masih kita cari ada 4 personel," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com