Dari arsip pemberitaan Kompas.com, beberapa fenomena jalan rusak ini sempat menjadi viral setelah warga melakukan aksi unik menyindir pemerintah setempat.
Seperti aksi pasangan suami isteri di Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan pada medio 2021 lalu. Pasutri ini melakukan photoshoot bertema daily living seperti mencuci hingga memancing.
Lalu dunia pendidikan di Lampung juga menjadi sorotan nasional setelah mantan Rektor Universitas Lampung (Unila) Karomani ditangkap oleh KPK.
Karomani dan dua terdakwa lain ditangkap karena terjerat kasus suap penerimaan calon mahasiswa hingga Rp 6,9 miliar.
Baca juga: Masih Ada Angkutan Lebaran Belum Layak Jalan, Dishub Lampung Beri Tenggat Waktu hingga 14 April 2023
Wakil Gubernur Provinsi Lampung Chusnunia Chalim memaparkan sejumlah fakta dan data terkait kritik tersebut.
Menurutnya perbaikan infrastruktur di sejumlah ruas jalan di Lampung sebenarnya sudah dilakukan sejak awal dia dan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menjabat di tahun 2019 lalu.
"Sudah dilakukan perbaikan infrastruktur jalan, tetapi tidak semua anggaran hanya untuk infrastruktur jalan ini," kata Nunik, sapaan akrabnya melalui panggilan telepon, Rabu siang.
Nunik mengatakan disaat dilantik memimpin Lampung, kondisi saat itu pemprov menanggung utang dengan jumlah mencapai Rp 1.7 triliun.
Rinciannya yakni utang ke PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) sebesar Rp 600 miliar, utang dana bagi hasil (DBH) pemkab/pemkot sebesar Rp 700 miliar, serta pembebasan aset lahan Way Dadi, Sukarame sebesar Rp 350 miliar.
Utang ini "diwariskan" oleh pemerintahan sebelumnya dan menjadi prioritas disaat Arinal - Nunik menjabat.
"Kita tidak bisa ketika anggaran terbatas justru mengesampingkan hak dari pemkab atau pemkot, jadi masalah (utang) ini dahulu yang dibereskan, alhamdulilah dua tahun sudah selesai," kata Nunik.
Khusus infrastruktur jalan, Nunik mengungkapkan jalan yang menjadi kewenangan provinsi sepanjang 1.693,273 km yang terdiri dari 99 ruas jalan.
Anggaran untuk jalan ini pada tahun 2019 mencapai Rp 525,37 miliar. Lalu pada tahun 2020 turun menjadi Rp 428,21 miliar, dan pada tahun 2021 sebesar Rp 430 miliar.
Pemprov Lampung kembali mengucurkan anggaran jalan pada tahun 2022 sebesar Rp 679 miliar dan pada tahun 2023 naik menjadi 747 miliar.
"Perlu dicatat, anggaran infrastruktur jalan di tahun 2020 dan 2021 turun karena kita sedang dilanda pandemi, tetapi anggaran ini termasuk besar," kata Nunik.
Dia menambahkan anggaran jalan ini bahkan direncanakan menjadi Rp 1 triliun pada APBD perubahan di Desember 2023 mendatang.
Nunik juga membahas terkait sindiran pemprov tidak mampu mengendalikan harga komoditas.
"Harga komoditas itu tergantung skema pasar, pemerintah hanya bisa mengendalikan komoditas tertentu dengan harga eceran tertinggi (HET) seperti gula atau beras," kata Nunik.
Terkait hal tersebut, Nunik mengatakan pihaknya lebih fokus memberikan "modal" kepada petani agar nilai jual hasil tanam menjadi lebih tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.