KOMPAS.com - Sebuah rumah produksi Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) membuat film dokumenter berjudul Kembali ke Titik yang menceritakan tentang perjalanan eks napiter.
Pemeran utama dalam film dokumenter adalah Hadi Masykur, eks petinggi Neo Jamaah Islamiyah (JI) yang memilih mengakhiri pelarian panjangnya.
Tribun Jogja berkesempatan untuk menemui langsung 'pemeran utama' dalam film dokumenter itu, yakni Hadi Masykur, dalam penayangan terbatas di kawasan Sagan, Kota Yogya, Jumat (7/4/2023) sore.
Baca juga: Lapas Lamongan Terima Pelimpahan Napiter dari Rutan Mako Brimob
Dikisahkan, saat ia menjabat sebagai Sekretaris Pemimpin Neo JI, Para Wijayanto ditangkap oleh Densus 88 Antiteror di Bekasi, Jawa Barat, pada 29 Juni 2019 setelah buron sejak 2003.
Penangkapan sang imam organisasi membuat Hadi harus meninggalkan rumah beserta keluarganya karena dirinya memegang seluruh data terkait Neo JI.
"SOP-nya seperti itu, kalau Pak Para tertangkap, ya, saya harus keluar dari rumah. Selama masa pelarian, semua data saya serahkan kepada sekretaris dua supaya diamankan waktu itu," kata dia.
Selama tujuh bulan Hadi meninggalkan kediamannya di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, serta meninggalkan ibunda tercinta, beserta istri dan anak-anaknya.
Dalam pelariannya, Hadi beberapa kali menemui keluarganya. Namun, saat itu sang ibunda jatuh sakit dan harus menjalani perawatan di salah satu klinik.
Baca juga: Cara Ali Fauzi Ajak Napiter-Eks Napiter Kembali Akui NKRI
"Saya sempat ke Bekasi, Salatiga, Purwodadi, Batang dan Demak, masing-masing antara satu atau dua bulan saya bertahan di sana. Tapi, runtuhnya ketika ibu saya sakit. Saya mulai terfikir, bagaimanapun rida Allah itu rida orangtua," urainya.
"Akhirnya tidak lama setelah itu, saya pulang dan saya tertangkap, di rumah, di Ungaran. Ibu saya sama sekali tidak tahu, soal keterlibatan di Neo JI," imbuh Hadi.
Dalam fim dokumenter tersebut digambarkan betapa terkejutnya sang ibunda, Ngatiyah, saat anaknya dicokok Densus 88.
Hadi pun mengatakan bahwa penangkapan itu merupakan harga yang harus ia bayarkan, ketimbang terus-menerus menjalani masa pelarian meninggalkan keluarga tercinta.
"Rata-rata seperti itu juga (tersadar karena faktor keluarga). Selama di penjara, harapan saya cuma bisa kembali melihat senyuman ibu dan membahagiakan istri dan anak-anak, itu saja," cetusnya.
Hadi bercerita, sebelumnya ia adalah orang yang selalu merasa di jalan yang benar. Dari hal tersebut, ia pun mendapatkan pembenaran dalam membela yang ia yakini.
Baca juga: Cerita Anak Napiter, Sejak Kecil Mengaku Tak Pernah Rasakan Bangku Sekolah Formal
Selama 20 menit penayangan Kembali ke Titik dikisahkan proses Hadi bisa kembali tergerak untuk pulang ke rumah dan membersamai keluarganya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.