Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Tahun Penantian, Warga Desa Pulau Bungin NTB Akhirnya Dapat Air Bersih

Kompas.com - 13/04/2023, 07:28 WIB
Susi Gustiana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SUMBAWA, KOMPAS.com - Selama puluhan tahun, masyarakat di Desa Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kesulitan mengakses air bersih.

Desa dengan luas kurang lebih dari 8,5 hektare yang dihuni 1.035 KK dan 3.800 jiwa ini terkenal dengan sebutan pulau terpadat di dunia. Mayoritas warga desa di wilayah pesisir ini berprofesi sebagai nelayan.

Selama sekitar 40 tahun, warga Desa Bungin sempat kesulitan mengakses air bersih, apalagi mencapai praktik sanitasi yang sehat dan aman. 

"Saat tidak ada air bersih mengalir di Bungin, saya ambil di sumur air tawar yang terletak di Selat Alas," kata Salmiati (39) Rabu (12/4/2023).

Baca juga: Ironi di Labuan Bajo, Jadi Tempat ASEAN Summit, tetapi Warganya Krisis Air Bersih

Menurut Salmiati, perjalanan ke sumur itu bisa ditempuh selama 15 menit menggunakan sampan atau perahu motor. 

"Saya mandi dan cuci baju di sumur itu. Saya juga isi air ke jerigen untuk kebutuhan di rumah," sebut Salmiati.

Keadaan diperparah ketika terjadi cuaca ekstrem dan banjir bandang yang semakin tinggi frekuensinya akibat krisis iklim. Masyarakat harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk mendapatkan air bersih di desa.

Sulitnya akses air bersih dan fasilitas sanitasi ini juga berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Terutama, bagi anak perempuan dan kelompok rentan.

Bagi perempuan dan anak perempuan, air bersih merupakan persoalan personal.

Peran pemenuhan kebutuhan domestik yang dibebankan kepada perempuan menuntut mereka mencari sumber air bersih bagi keluarganya. 

Menempuh jarak yang jauh dan memikul beban yang berat, menempatkan perempuan ikut dalam posisi rentan untuk keamanan dan keselamatannya.

Ada kalanya mereka harus membeli air dari wilayah lain, karena air tanah di Bungin payau dan tidak bisa dikonsumsi.

"Saya sering terlambat ke sekolah karena tempat mandi jauh. Harus naik sampan dulu selama 15 menit," kata Marwa (11).

Hal yang sama juga dirasakan Nurul (14). Pelajar SMP ini mengatakan, sulitnya air bersih membuatnya harus bangun pagi dan diantar bapaknya menggunakan sampan ke sumur air tawar.

"Saya sengaja pergi ke sumur pagi sekali, agar tidak lama antre dan tidak terlambat ke sekolah," ucap Nurul.

Baca juga: Pompa Air Rusak, 141 Keluarga di Desa Jatisari Situbondo Krisis Air Bersih

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com