Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Subsidi Sejuta Motor Listrik, Pengamat Transportasi: Ampun Deh, Disuruh "Motoran" Sampai Tua

Kompas.com - 11/04/2023, 16:03 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat transportasi Theresia Tarigan menilai, kebijakan subsidi sejuta motor listrik justru menambah ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi.

Selain itu, Founder Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS) ini menjelaskan, hal tersebut juga bertentangan dengan prinsip transportasi berkelanjutan.

“Untuk masyarakat umum (subsidi motor listrik) berarti mempertahankan perilaku ngelaju berkendara itu kan buang waktu di jalan juga biarpun pakai motor listrik. Ampun deh kebijakan ini masyarakat disuruh motoran sampai tua,” ungkap Theresia, Senin (10/4/2023.

Baca juga: Kritik Kebijakan Subsidi Motor Listrik, Pengamat Minta Pemerintah Dahulukan Transportasi Massal

Menurutnya, pemerintah semestinya menyuplai rusunawa yang dekat dengan tempat kerja. Kemudian memperbaiki transportasi massal bagi masyarakat.

“Yang pertama menyuplai perumahan pekerja dan keluarganya. Yang kedua memperbaiki transportasi massal. Karena transportasi masal akan sulit menjangkau rumah-rumah di pinggiran,” katanya.

Pihaknya menilai, keberadaan rumah tapak atau landed house turut menggerus lahan terbuka hijau, lahan pertanian, pekebunan, dan lainnya. Sehingga masalah ini juga terkait perebutan ruang hidup bagi masyarakat.

“Harga tanah murah di pinggiran, pada membangun rumah di sana. Akhirnya mereka tergantung dengan kendaraan pribadi,” lanjutnya.

Bila mengikuti prinsip tranportasi berkelanjutan, pemerintah perlu mendorong jadi less mobility dengan mendekatkan jarak rumah ke tempat kerja.

“Makanya perlu dibangun rumah tinggal yang dekat tempat kerja, sehingga tempat kerja bisa dijangkau dengan berjalan kaki, sepeda, atau bus,” katanya.

Baca juga: INFOGRAFIK: 5 Syarat Dapatkan Subsidi Motor Listrik

Ia menganggap subsidi motor listrik masih terlalu dini di Indonesia. Pasalnya belum ada kesiapan prasarana yang memadai, seperti fasilitas charging, bengkel, hingga penggunaan bahan bakar listrik dari sumber energi terbarukan.

“Mendorong motor listrik di saat suplai listrik dari PLTU batu bara, itu kan norak banget. Jadi kita harus kita bisa menyediakan raw material yang ramah lingkungan juga untuk menjadi listrik kan. Kalau enggak kan sama aja bohong,” selorohnya.

Menurutnya subsidi ini belum tepat sasaran untuk tujuan lebih luas. Misalnya dari segi penghematan biaya transportasi bagi keluarga pekerja. Pasalnya selama ini setiap indivisu dalam keluarga memiliki kendaraan sendiri.

“Nah jadi ada hal yang lebih tepat dibanding mensubsidi kendaraan. Tetapi bagaimana mengintegrasikan rencana pembangunan guna lahan dengan rencana mobilitasnya. Intinya mendekatkan jarak antar pekerja dari tempat kerja ke tempat tinggal atau rumahnya,” terangnya.

Sekalipun telah melakukan konversi motor listrik, tetap ada risiko tinggi terhadap kecelakaan, kemacetan dan tentunya pemborosan ongkos transportasi.

Baca juga: Ada Subsidi Motor Listrik, Gesits Genjot Produksi 20.000 Unit

“Menurut saya pemerintah pusat perlu menggalakkan seperti yang Pak Jokowi lakukan program sejuta rumah yang ada di Pringapus kan. Kemudian pak Basuki sendiri sudah membangun rusunawa untuk pagawai ATR,” imbuhnya.

Pihaknya bekaca dengan Singapura, bila warga tinggal di SDB flat sudah pasti berdekatan dengan halte bus dan Stasiun MRT mengingat orang yang dilayani banyak turun dari flat. Sehingga fasilitas terbilang layak secara ekonomis.

“Lah kita satu sisi mau mengembangkan angkutan umum, di satu sisi susah penumpangnya terpencar-pencar. Apalagi sekarang yang ditawarkan malah mobil listrik. Jadi seperti ada orang yang mengambil keuntungan di sini. Siapa nggak tau, kita kan jadi megarah ke situ pemikiran kita,”.

Subsidi tersebut dinilai tepat hanya bila diberikan kepada pelaku wisata di bali di borobudur, khusus untuk kendaraan wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Video Viral 2 Siswi SMP di Ambon Dicabuli 3 Temannya di Kuburan, Korban Menangis Kesakitan Sambil Bilang Akan Lapor Mama

Video Viral 2 Siswi SMP di Ambon Dicabuli 3 Temannya di Kuburan, Korban Menangis Kesakitan Sambil Bilang Akan Lapor Mama

Regional
Miliki Kinerja Paling Baik, Pemprov Jateng Dapat Penghargaan TPID Award 2024 dari Presiden Jokowi

Miliki Kinerja Paling Baik, Pemprov Jateng Dapat Penghargaan TPID Award 2024 dari Presiden Jokowi

Kilas Daerah
Spanduk Bergambar Kapolda Jateng dan Gus Yasin Beredar di Semarang, Begini Tanggapan PPP

Spanduk Bergambar Kapolda Jateng dan Gus Yasin Beredar di Semarang, Begini Tanggapan PPP

Regional
Gudang 'Repacking' Penyelundupan Benih Lobster di Lampung Digerebek

Gudang "Repacking" Penyelundupan Benih Lobster di Lampung Digerebek

Regional
Sebut Dapat Restu Jokowi, 'Crazy Rich' Grobogan Joko Suranto Daftar Bakal Cagub Jateng di PSI

Sebut Dapat Restu Jokowi, "Crazy Rich" Grobogan Joko Suranto Daftar Bakal Cagub Jateng di PSI

Regional
Jatuh dari Sepeda Motor, Remaja di Bandung Tewas Terlindas Bus

Jatuh dari Sepeda Motor, Remaja di Bandung Tewas Terlindas Bus

Regional
Empat Lawang Dilanda Longsor, Lalu Lintas Tebing Tinggi-Pendopo Lumpuh

Empat Lawang Dilanda Longsor, Lalu Lintas Tebing Tinggi-Pendopo Lumpuh

Regional
Hendak Dikirim ke Surabaya, Penyelundupan Kayu Meranti Digagalkan di Banjarmasin

Hendak Dikirim ke Surabaya, Penyelundupan Kayu Meranti Digagalkan di Banjarmasin

Regional
Jemput Jokowi, Gibran Absen di Acara Napak Tilas Makam Eks Wali Kota Solo

Jemput Jokowi, Gibran Absen di Acara Napak Tilas Makam Eks Wali Kota Solo

Regional
Pantai Tebing Lampuuk di Aceh: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Pantai Tebing Lampuuk di Aceh: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
WN Yaman Ditemukan Tewas di Puncak Bogor

WN Yaman Ditemukan Tewas di Puncak Bogor

Regional
Ibu Hamil di Palembang Coba Akhiri Hidup dengan Lompat dari Jembatan Musi IV, Korban Berhasil Diselamatkan

Ibu Hamil di Palembang Coba Akhiri Hidup dengan Lompat dari Jembatan Musi IV, Korban Berhasil Diselamatkan

Regional
Teman Bos Rental yang Dikeroyok di Pati Kerap Berdiam Diri, RS: Mungkin Trauma

Teman Bos Rental yang Dikeroyok di Pati Kerap Berdiam Diri, RS: Mungkin Trauma

Regional
Terpapar Virus Cacar, 17 Kambing Kurban di Semarang Dikembalikan ke Daerah Asal

Terpapar Virus Cacar, 17 Kambing Kurban di Semarang Dikembalikan ke Daerah Asal

Regional
Walhi Soroti Kurangnya Perhatian untuk Petani dan Nelayan di Lampung

Walhi Soroti Kurangnya Perhatian untuk Petani dan Nelayan di Lampung

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com