KOMPAS.com - Mulyadi (46), warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, diduga menjadi salah satu korban pembunuhan dukun pengganda uang, Tohari (45) alias Mbah Slamet.
Sebelum dilaporkan hilang pada Oktober 2021, Mulyadi sempat share location rumah Mbah Slamet melalui WhatsApp ke adiknya, Hidayat (33).
Menurut Hidayat, keluarga sempat melacak keberadaan Mulyadi sesuai dengan lokasi terakhir yang dikirim.
Dari share location, diketahui posisi terakhir Mulyadi berada di rumah Mbah Slamet di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
"Bulan Oktober 2021 pergi, setelah sampai sini (mengirim) WhatasApp saya, share location. Seminggu dari situ kemudian hilang," ujar Hidayat, usai pemakaman korban dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Selasa (4/4/2023).
Keluarga pun sempat melacak lokasi terakhir Mulyadi. Selain itu, Hidayat juga beberapa kali menemui Mbah Slamet.
Namun keberadaan sang kakak tak kunjung ditemukan.
"Saya sudah laporan polisi, sudah ketemu Pak Tohari (Mbah Slamet), cuma kabur-kabur terus. Pernah ketemu di Polsek, dia bawa pengacara, mengelak terus," kata Hidayat.
Hidayat bercerita kakaknya adalah seorang kontraktor perumahan. Sang kakak mengenal Mbah Slamet setelah dikenalkan oleh seseorang.
Menurut Hidayat, kakaknya sudah dua kali mengunjungi Mbah Slamet. Namun setelah pertemuan kedua, Mulyadi tak pernah kembali ke rumah.
Baca juga: Polisi Ungkap Peran Tangan Kanan Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara
Hidayat meyakini, satu di antara sembilan mayat yang belum teridentifikasi merupakan kakaknya.
Namun, untuk memastikannya harus menunggu tes DNA.
"Untuk saat ini keterangan dari pelaku memang Pak Mul (Mulyadi) yang jadi korban. Tapi untuk tes DNA belum tahu, masih menunggu anaknya dari Palembang," ujar Hidayat.
"Selama ini Pak Mul sama saya terus, karena kerja bareng. Sempat ngajak ke sini, tapi karena ada kegiatan di Palembang saya tidak ikut," ungkap Hidayat.
Menurutnya, pihak keluarga sudah berulang kali mengingatkan Mulyadi agar tak percaya pada dukun pengganda uang.
Namun diduga karena bingung memiliki banyak utang, Mulyadi memilih menyerahkan sejumlah uang untuk digandakan oleh Mbah Slamet.
"Sering mengingatkan supaya jangan percaya hal-hal kayak gitu, karena itu mustahil. Mungkin karena terjerat utang, jadi mungkin pikiran ke mana-mana," kata Hidayat.
Baca juga: Ritual Maut Dukun Pengganda Uang Banjarnegara, Korban Tenggak Racun Potasium Dicampur Obat Penenang
Saat bertemu terakhir kali dengan Mbah Slamet, Mulyadi membawa sebuah mobil. Hingga kini, mobil tersebut raib bersamaan dengan hilangnya Mulyadi.
"Waktu itu (menemui Mbah Slamet) bawa mobil Innova, hilang, sampai sekarang tidak bisa dilacak. Kalau uang kurang paham," ungkap Hidayat.
Sementara itu sembilan korban pembunuhan Mulyadi yang terdiri dari enam jenazah laki-laki dan tiga perempuan sudah dimakamkan di Desa Balum Kecamatan Wanyasa pada Selasa (4/4/2023) sore.
Sementara sembilan mayat lain belum teridentifikasi.
Paryanto merupakan korban terakhir yang pada gilirannya mengungkap kasus pembunuhan berantai ini.
Sebelum minum racun dari Mbah Slamet, ia sempat WA anaknya, mengabarkan lokasi ia berada. Dari pesan tersebut, kasus pembunuhan oleh dukun pengganda uang itu pun terungkap.
"Ada sepasang kekasih asal Palembang atas nama Mulyadi dan pacarnya dikubur di liang yang sama," ujar Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi di kantornya, Kota Semarang pada Rabu (5/4/2023).
Baca juga: Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang yang Bunuh Belasan Orang Terancam Hukuman Mati
Para korban lainnya dipendam oleh tersangka dibagi ke dalam beberapa liang.
Menurut pengakuan tersangka, korban Paryanto (53) asal Sukabumi dikubur di liang nomor 1. Satu warga asal Gunung Kidul laki-laki dikubur di liang nomor 2.
Dua warga Tasikmalaya laki-laki dan perempuan dikubur di liang nomor 3. Dua warga Jakarta laki-laki dan perempuan dikubur liang nomor 4.
Dua warga Palembang atas nama saudara Mulyadi dikubur liang sama bersama kekasihnya di liang nomor 5. Dua warga Jogja dikubur di liang sama di liang nomor 6.
"Tiap dua jenazah Dikubur di lima liang berbeda. Sisanya ada di tiap satu liang," imbuh Kapolda.
Dua belas jasad tersebut telah diperiksa oleh tim forensik Polda Jateng.
Polisi sejauh ini hanya mendeteksi sembilan mayat yakni enam laki-laki umur 40-50 tahun dan tiga perempuan umur 25-35 tahun.
"Di masing-masing liang didapati botol Aqua. Secara medis mati lemas tidak ada unsur kekerasan," terang Kapolda.
Ia meminta kepada masyarakat yang merasa kehilangan keluarga supaya menghubungi polisi terutama dari daerah yang disebut tersangka.
"Tidak harus di Banjarnegara, bisa di polres wilayah kami, nanti untuk dilakukan pengambilan data antemortem," paparnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fadlan Mukhtar Zain | Editor : Robertus Belarminus), Tribun Jateng
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.