LAMPUNG, KOMPAS.com - Truk ukuran sedang cokelat itu berjalan perlahan di keramaian Pasar Tengah, Kota Bandar Lampung, Rabu (15/3/2023) pagi.
Pandangan Subarnas (65) dan Tatusi (70) seketika cerah. Keduanya sedang menunggu order muatan di depan toko grosir pakaian di pasar tersebut.
"Nah (truk) ini nih, bagian sini bakalan," kata Tatusi dengan senyum mengembang.
Subarnas mengamini sambil mendirikan troli yang didudukinya dan memindahkannya.
Tatusi melakukan hal yang sama. Dia sempat mendekati pria bertopi di depan toko.
"Ini lorong bagian sini semua kan?" tanya Tatusi.
Baca juga: Seorang Korban Longsor Natuna Kembali Dirujuk ke Kalbar, Alami Cedera Panggul
Truk itu lalu berbelok dan parkir di depan toko tersebut. Muatannya banyak hingga menjulang ditutup terpal.
"Baru nyampe dari Tanah Abang," kata Tatusi saat ditemui Kompas.com di pasar yang terkenal dengan pusat grosir pakaian di Lampung itu.
Tatusi dan Subarnas adalah dua dari puluhan buruh panggul di pasar pakaian itu.
Di usia mereka yang tak lagi muda, keduanya masih sanggup mengangkut hingga puluhan kilogram karung muatan.
Terpal lalu dibuka, berkarung-karung muatan berisi kebutuhan sandang itu terlihat.
Subarnas dan Tatusi ikut membantu kondektur sopir truk membuka dan melipat terpal.
Karung-karung itu diturunkan dengan cara dilempar.
"Bu, bu, minggir dulu, jangan lewat sini, mau nurunin karung," kata Subarnas kepada pengunjung pasar yang melintas.
Karung muatan pakaian berukuran besar itu jatuh dan berdebam di aspal. Subarnas bergegas mengambil lori miliknya.
Baca juga: Wagiyem Mundur dari Pabrik dan Jadi Kuli Panggul meski Upah Rp 10.000 demi Urus Keluarga
Agak susah payah Subarnas mengangkut karung ke lori. Tatusi dengan sigap membantu rekan seperjuangannya itu.
"Ini punya toko sebelah sini. Lorong yang ini bagian saya," kata Subarnas menunjuk lorong ketiga yang tembus ke Jalan Radin Intan.
Petugas ekspedisi yang menurunkan karung meneriakkan sebuah nomor.
Seolah hapal di luar kepala, Subarnas langsung tancap gas membawa lori ke toko yang dimaksud. Jarak dari lokasi penurunan muatan ke toko itu sekitar 100 meter.
Tidak lama, hanya sekitar 6 - 8 menit Subarnas sudah kembali ke lokasi bongkar muat.
"Kayaknya masih ada banyak (yang harus diantar), itu truk satu lagi mau masuk, jadi harus cepat," kata Subarnas.
Tatusi yang juga baru kembali mengantar muatan langsung menarik karung berukuran besar ke atas lori.
Baca juga: Kuli Panggul di Pasar Kota Solo Bakal Go Digital, Bisa Pesan Lewat Aplikasi
Karung itu berisi celana jeans dan kaos oblong milik toko di lorong bagiannya.
"Waduh," kata Tatusi.
"Wis tue, awas encok," seru buruh panggul lain yang tertawa melihat Tatusi kepayahan.
Usai mengangkut sekitar 10 karung, Tatusi bercerita ongkos yang dipatok untuk jasa angkut itu Rp 5.000 per karung.
"Cuman Rp 5.000 per karung," kata Tatusi.
Dalam sehari, Tatusi mengaku hanya sanggup mengangkut 20 - 30 karung dengan berat antara 10 - 50 kilogram.
"Sanggupnya sekarang cuman segitu, itu juga paling sampai siang aja, udah nggak kuat lagi kalau sampai sore," kata Tatusi.
Kondisi ini berbeda dengan di masa "keemasannya" dahulu. Tatusi mengaku sudah menjadi buruh panggul sejak tahun 1970-an di pasar itu.
Baca juga: Kisah Wagiyem Jadi Kuli Panggul di Solo, Angkat Barang 80 Kg Dapat Upah 10.000
30 tahun lalu, dalam sehari Tatusi bisa mengangkut hingga di atas 300 kilogram muatan.
"Sekarang ya semampunya aja, yang penting cukup buat makan sehari-hari," kata kakek tiga cucu ini.
Subarnas juga mengakui kini tidak bisa terlalu banyak mengambil order angkut karena keterbatasan staminanya.
"Tapi masih mending saya, dari pada dia, masih banyakan saya ngangkutnya," kata Subarnas bersenda gurau kepada Tatusi.
"Kalau dia (Tatusi) mungkin sudah 30-an tahun di sini, saya paling baru 20-an tahun," kata Subarnas.
Toko paling jauh hanya berjarak sekitar 100 meter.
"Tapi kalau dihitung-hitung ya mungkin ada kali sehari kita di sini jaraknya dari sini (Pasar Tengah) ke (Kecamatan) Panjang," kata Subarnas.
Baca juga: Cerita Fransina Sawen, Ibu Tunggal yang 8 Tahun Jadi Kuli Angkut di Pelabuhan Rakyat Sorong
Dari simulasi pengukuran jarak di Google Maps, jarak antara Pasar Tengah ke Pasar Panjang mencapai 13 kilometer.
"Enggak jauh-jauh emang tokonya, tapi dari pagi sampe sore bisa puluhan kali bolak-balik," kata Subarnas.
Sejauh ini, baik Subarnas maupun Tatusi mengaku uang yang didapat dari hasil memeras keringat itu hanya mencukupi untuk kebutuhan makan dan dapur sehari-hari.
"Ya alhamdulillah, anak-anak udah pada lulus SMA semua. Udah pada kerja sekarang," kata Subarnas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.