Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan "Bug" Langka di Sistem Google, Siswa SMK di Semarang Ini Dapat Hadiah Rp 76 Juta

Kompas.com - 06/03/2023, 18:44 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Remaja asal Semarang, Abdullah Mudzakir, berhasil menemukan bug atau celah rentan dalam sistem Google

Berkat penemuannya itu, Mudzakir, sapaan akrabnya, mendapat penghargaan sebesar 5.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 76 juta dari perusahaan teknologi terkemuka dunia itu.

Tidak hanya itu, dirinya juga mendapat kartu Google bug hunters. Kartu tersebut diberian bagi seseorang yang memiliki kemampuan hacking atau meretas dan menemukan kerentanan pada sebuah sistem. Lantas, melapor ke perusahaan terkait.

Siswa kelas XII jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMKN 8 Kota Semarang itu menuturkan, cukup sulit untuk menemukan sebuah bug pada sebuah sistem Google.

Baca juga: Kisah Nurohman, Diam seperti Pengangguran, Bergerak Mengendalikan 50 Server di Berbagai Negara

Bahkan, jauh sebelum mendapat penghargaan ini, dirinya sudah empat kali ditolak oleh pihak Google atas temuan bug yang diperolehnya.

"Sebetulnya saya lapor di Google itu sudah 5 kali. Tapi yang 4 laporan itu ditolak, karena laporan saya tidak valid. Akhirnya coba cari lagi yang kelima dengan bantuan teman juga, nemu deh akhirnya," ucap Mudzakir kepada Kompas.com, Senin (6/3/2023).

Uniknya, Mudzakir menyebut, bug yang dia temukan ini merupakan salah satu bug yang langka. Dalam artian, bug tersebut jarang ditemukan pada sistem oleh hacker atau peretas lain.

Akibatnya, Mudzakir juga sempat berdebat dengan pihak Google terkait temuan bug-nya.

"Perlu waktu hampir setengah bulan buat menjelaskan, bahwa bug yang saya temuin itu sangat rentan dan berbahaya. Jadi waktu nemu bug itu di tahun 2020 akhir, cuma diterimanya pas 2021. Dan katanya, bug saya jadi yang terbaik saat itu," tutur Mudzakir.

Dia mengaku memanfaatkan uang yang didapatnya itu untuk meningkatkan kemampuannya di bidang informasi teknologi (IT). Selain itu juga untuk membeli laptop, ditabung, dan diberikan kepada orangtua.

Mudzakir mengaku awalnya tidak mendapat restu dari orangtua untuk menjadi seorang hacker atau bug hunter. Namun karena berdampak baik, akhirnya keluarga memberikan restu.

"Karena kata hacker saat itu masih tabu dan jahat. Setelah saya jelasin ke orangtua, responsnya baik," jelas Mudzakir.

Mudzakir mengaku, capaian penghargaan sebagai bug hunter atau bug bounty ini bukanlah pertama kali baginya. Lantaran, Mudzakir sudah menggeluti bidang ini sejak duduk di bangku kelas IX SMP. Tak heran, dirinya telah berhasil menjelajahi berbagai sistem di dunia.

"Selama enam bulan awal coba bug bounty tidak dapat apa-apa. Tapi setelah itu nemu bug di sistem Pemprov Jateng. Lalu mulai main ke perusahaan lain. Setelah puas yang di Indonesia, ganti cari yang di luar negeri. Kalo di luar, ada yang dapet 1.000 dollar AS, 2.000 dollar AS, 1.500 dollar AS, 4.500 dollar AS. Yang terbaru yang Google kemarin," ucap dia.

Dia pun berpesan anak-anak muda sepertinya, agar terus semangat belajar dan mengembangkan kemampuannya di bidang masing-masing.

Baca juga: Di Kamar Sederhana, Pemuda Desa Ini Kelola 50 Server di Berbagai Negara

"Kalau yang mau terjun dibidang hacking, imannya harus kuat karena godaannya berat. Karena ada juga hacker hitam, yang sering digunakan untuk tindakan jahat seperti curi uang, sedot rekening. Kalau saya cukup yang hacker putih," jelas Mudzakir.

Hebatnya, meski masih mengenyam pendidikan di sekolah, kini Mudzakir sudah bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta yang bergerak pada bidang pelayanan sistem keamanan. Bahkan, Mudzakir memilki penghasilan rata-rata 10 juta perbulan.

Didukung pihak sekolah

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK N 8 Kota Semarang, Harti mengaku, sangat bangga dengan prestasi yang diraih muridnya itu. Mudzakir tidak hanya bertanding di pertandingan skala nasional, namun juga internasional.

Dia menyebut, Mudzakir merupakan sosok yang multi talenta dan menjadi role model di SMKN 8 Semarang.

"Anak ini multi talent, karena Mudzakir juga di bidang religi. Jadi pemain inti hadroh, sebagai vocalis, lalu tahfidz juga masuk, penah ikut beberapa lomba lainnya. Memang santun anaknya, maka kami jadikan ikonnya siswa," katanya.

Baca juga: Pegang 50 Server di Berbagai Negara, Kini Nurohman Bisa Bantu Bayar Utang Orangtua

Di samping itu, Harti mengatakan, pihak sekolah juga mendukung Mudzakir dalam menjalankan pekerjaannya. Dukungan tersebut berupa kebebasan tugas dan tuntutan bagi siswa spesial seperti Mudzakir.

"Sistem sekolah saat ini sudah mencakup kecakapan abad 21. Kami juga fleksibel, anak-anak bisa belajar di rumah. Sehingga, anak-anak spesial macam ini tidak terbelenggu dengan tugas yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Sehingga dia bisa besar dan berkembang di bidangnya," jelas Harti.

Dirinya berharap, adanya sosok Mudzakir ini bisa menginspirasi siswa ataupun anak-anak muda lain dalam meraih mimpi.

"Harapannya, yang pasti bisa menginspirasi siswa-siswa lain. Karena, semua siswa memang berprestasi di bidangnya masing-masing," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Regional
Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Regional
Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Regional
Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kilas Daerah
Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com