JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi mendorong optimalisasi sumber daya energi dan mineral potensial di Kabupaten Buton, yakni aspal.
Bertahun-tahun dicanangkan untuk menggantikan aspal minyak, aspal alam yang melimpah di Pulau Buton itu tak kunjung menjadi pilihan.
"Aspal Buton memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang aspal minyak yang sebagian besar diimpor dari Timur Tengah. Untuk itu, industri aspal Buton krusial untuk kembali dihidupkan guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Sultra," ujar Ali, saat bertandang ke kantor Kompas.com, Rabu (1/2/2023).
Ia mengisahkan bahwa potensi aspal alam Buton dikelola dengan baik oleh Belanda pada 1922.
Sayangnya, setelah Indonesia merdeka, optimalisasi aspal Buton justru mandek dan industri yang mengelola aspal ditutup.
Baca juga: Daftar Gubernur Sulawesi Tenggara, Mulai dari Gubernur J Wayong hingga Ali Mazi
Bak gayung bersambut, upayanya untuk kembali menghidupkan industri aspal Buton direspons positif oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ali menuturkan, Presiden Jokowi telah menegaskan bahwa pemerintah dua tahun ke depan akan menyetop impor aspal dari mancanegara.
Hal ini karena aspal di Kabupaten Buton dinilai mempunyai kualitas yang bagus.
"Pak Jokowi juga mendorong agar pengolahan aspal dikerjakan oleh Kabupaten Buton melalui berbagai skema, baik dengan badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta," terang dia.
Selain itu, lanjut Ali, Presiden Jokowi juga mendorong Kabupaten Buton untuk kembali bangkit sebagai wilayah industri penghasil aspal dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki.
Baca juga: Sulawesi Tenggara Sasar 6,6 Juta Kunjungan Wisatawan pada 2023
Untuk diketahui, cadangan aspal Buton kini mencapai 662 juta ton atau setara 80 persen cadangan aspal alam dunia.
Jumlah cadangan tersebut bahkan mampu memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri selama ratusan tahun.
Ali berharap, potensi besar tersebut tidak disia-siakan dan industri aspal Buton dapat segera direalisasikan.
Dengan begitu, masyarakat di Provinsi Sultra bisa mendapatkan manfaat dan Kabupaten Buton dapat hidup kembali sebagai industri penghasil aspal.
"Dengan optimalisasi potensi aspal Buton untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri, maka lapangan pekerjaan dapat tercipta. Kalau sudah terwujud, masyarakat Sultra semakin sejahtera dan mentas dari kemiskinan," kata Ali.
Perlu diketahui, kualitas aspal Buton yang diklaim Ali lebih baik ketimbang aspal minyak impor bukan tanpa alasan.
Baca juga: 10 Daftar Makanan Khas Sulawesi Tenggara, Salah Satunya Lapa-lapa
Berdasarkan hasil uji Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Konstruksi Dinas Sumber Daya Alam dan Bina Marga Sulawesi Tenggara, nilai stabilitas aspal Buton PG 70 berada di angka 1.562,5.
Nilai ini berada di atas aspal minyak 60/70 yang stabilitasnya ada di angka 1.357.
Terkait hal itu, Ali pun sudah membuktikan lewat pengujian dengan mengaplikasikan aspal Buton dalam proyek pembangunan Tol Kendari-Toronipa.
"Kualitasnya benar-benar bagus. Harganya pun bersaing dengan aspal minyak impor. Aspal di jalan raya Indonesia selama ini menggunakan aspal impor. Dalam kurun waktu 3-6 bulan, jalan raya dengan aspal impor sudah rusak sehingga tidak efisien," terang Ali.
Untuk mendukung geliat industri aspal di Sultra, Ali pun mengusulkan pengembangan sejumlah sarana dan prasarana penunjang kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui surat.
Baca juga: Bahlil Sebut Ada Investor yang Tertarik Garap Industri Aspal Buton
Sarana prasarana penunjang yang dimaksud adalah pengembangan Pelabuhan Nambo di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton.
Menurut Ali, pelabuhan tersebut merupakan pintu utama dalam mengantarpulaukan produk aspal Buton. Tujuannya, untuk menjamin kelancaran pengangkutan bahan baku aspal.
"Saat ini, pabrik aspal Buton yang bisa menghasilkan 100 ton aspal per tahun sudah dibangun. Kami harap, aspal Buton minimal dapat digunakan di daerah-daerah sekitar Sulawesi sebelum nantinya (dimanfaatkan) untuk menyuplai kebutuhan aspal seluruh Indonesia," papar dia.
Sebagai informasi, selain memiliki potensi mineral berupa aspal, nikel, emas, serta minyak dan gas bumi (migas), Provinsi Sultra juga kaya akan mangan, kromit, marmer, pasir kuarsa, pasir, besi, dan magnetit.
Baca juga: Tahukah Anda, 634 Kilometer Jalan di 25 Provinsi Menggunakan Aspal Buton
Selain bidang energi dan sumber daya mineral (ESDM), lanjut Ali, Sultra juga memiliki potensi sumber daya alam (SDA), baik di bidang perikanan, pertanian, perkebunan, pariwisata, dan kehutanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.