JAYAPURA, KOMPAS.com - Filep Jacob Samuel Karma (63) merupakan salah satu aktivis yang menghabiskan hidup hingga akhir hayat untuk memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM) di Papua.
Jalan perjuangan yang dipilih Filep membuatnya harus mendekam di penjara selama belasan tahun.
Baca juga: Kenang Sosok Filep Karma, Tokoh Kemerdekaan Papua, Sang Anak: Dia Sangat Mencintai Damai
Filep aktif menyuarakan kemerdekaan Papua. Ia bahkan terlibat pengibaran bendera bintang kejora di beberapa daerah. Aktivitasnya itu membuatnya mendekam di balik jeruji besi.
Tragedi Biak berdarah pada 2 Juli 1998, merupakan salah satu dari sekian banyak tragedi kemanusiaan di Tanah Papua.
Antropolog Universitas Papua I Ngurah Suryawan menyampaikan, dalam tragedi itu, sebanyak 32 orang meninggal secara misterius di Pantai Biak.
Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (ELS-HAM) Papua kemudian merilis laporan dengan judul Nama Tanpa Pusara, Pusara Tanpa Nama: Laporan Pelanggaran HAM di Irian Jaya (Papua) pada 1999.
Menanggapi insiden itu, Filep Karma memimpin demonstrasi di Biak.
"Bapak Filep Karma memimpin demonstrasi dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora di menara (tower) air Kota Biak,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Rabu (2/11/2022).
Filep pun ditangkap karena memimpin demonstrasi dan mengibarkan bendera bintang kejora. Dalam proses persidangan, majelis hakim memutuskan Filep Karma bersalah dan divonis penjara.
“Atas peristiwa Biak Berdarah ini. Bapak Filep Karma kemudian di penjara selama 1,5 tahun pada 20 November 1999 Filep Karma dinyatakan bebas,” kata Doktor kelahiran Bali ini.
Setelah bebas, Filep Karma pun ke Jayapura. Pada 1 Desember 2004, Filep kembali mengibarkan bendera bintang kejora di Lapangan Trikora, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Filep kembali ditangkap dan dituduh melakukan makar serta penghasutan. Ia kembali mendekam di balik jeruji besi.
“Bapak Filep Karma divonis penjara 15 tahun penjara dan baru dibebaskan 19 November 2015,” katanya.
Filep Karma merupakan aktivis perjuangan kemerdekaan Papua yang selalu konsisten mengambil jalan damai tanpa kekerasan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua.
Keberanian yang dimiliki Filep Karma membuatnya belasan tahun dipenjara.
“Hampir total 13,5 tahun ia (Filep Karma) menghabiskan hidupnya di balik jeruji besi,” ujar dosen Antropologi Universitas Papua ini.
Pengalaman belasan tahun dipenjara tak membuat semangat perjuangan Filep Karma surut. Filep setia memperjuangkan kemerdekaan Papua dengan cara damai tanpa kekerasan hingga akhir hayat.
I Ngurah mengatakan, Filep Karma tidak gentar meski sudah dua kali memimpin pengibaran bendera Bintang Kejora di Biak dan Jayapura.
Dalam aktivitas sehari-hari, Filep Karma selalu menggunakan kalung bendera bintang kejora.
“Filep Karma adalah Bintang Kejora dan demikian sebaliknya,” ujarnya.
Ngurah pernah bertemu Filep Karma dalam acara Papoea Solidariteistdag di Amersfoort, Belanda, pada Februari 2018.
Saat berorasi dalam pertemuan solidaritas Papua di Belanda tersersebut, Filep Karma berulang kali menyerukan persatuan dan solidaritas rakyat Papua.
“Kita susah kesulitan kalau terpecah-pecah,” katanya mengenang ucapan Filep Karma kala itu.
Ia juga mengenang pesan mendalam yang disampaikan Filep Karma saat itu, yakni kerinduan masyarakat Papua untuk memiliki kesadaran bersolidaritas dan persatuan tanpa mau dipecah belah.
“Perjuangan dan dekolonisasi mutlak membutuhkan hal prinsipil ini,” ujar I Ngurah sembari mengenang perjuangan Filep Karma semasa hidupnya.
I Ngurah memiliki pengalaman personal dengan Filep Karma. Usai mendengarkan orasi di Amersfoort, ia menghampiri Filep Karma.
Meski belum pernah bertemu, Filep Karma langsung memeluk erat I Ngurah.
“Saya perkenalkan diri dan bapak berbisik. Anak, anak tulisan luar biasa. Terus dan terus,” tutur Filep Karma yang diulang I Ngurah ketika mereka bertemu di Belanda kala itu.
I Ngurah menyatakan, hingga saat ini dirinya tak pernah melupakan pelukan yang diberikan oleh Filep Karma.
“Sangat kuat dan meresap di sekujur saya punya tubuh,” ujarnya.
Pada Selasa (1/11/2022), Filep Karma ditemukan meninggal di Pantai Base-G, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura sekitar pukul 07.00 WIT.
Kepergian Filep Karma menyebar dengan cepat kepada seluruh rakyat Papua melalui media sosial.
Pihak Kepolisian Polsek Jayapura Utara dan Polresta Jayapura Kota langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jenazah.
Jenazah Filep Karma dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani visum luar. Namun, keluarga menolak jenazah diotopsi.
“Teman-teman semua yang mengetahui bapak sebagai tokoh Papua, tokoh politik Papua. Hari ini saya sedih sekali, karena bapak kita (Filep Karma) sudah meninggalkan kita semua,” ungkap anak kedua Filep Karma, Anderfina, Selasa (1/11/2022).
Anderfina mendampingi langsung visum luar jenazah Filep Karma di RS Bhayangkara. Berdasarkan visum, tak ada tanda kekerasan di tubuh Filep Karma.
“Memang berdasarkan visum luar, jelas bahwa bapak (Filep Karma) meninggal karena tenggelam, sehingga terdampar di Pantai Base-G,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi yang didapat keluarga di lokasi kejadian, terdapat saudara yang ikut berenang bersama Filep Karma di laut.
“Awalnya mau berenang, tetapi air naik sehingga menunggu sampai air turun. Akhirnya keluarga pulang sendiri tanpa bapak. Kita ketemu pagi ini lantaran ada kelurga telepon untuk segera ke Base-G dan saya melihat bapak sudah meninggal dunia,” jelasnya sembari tak kuasa menahan kesedihannya.
Keluarga, kata Anderfina, menginginkan yang terbaik untuk Filep Karma. Ia berharap tak ada lagi berita miring yang beredar seputar kematian Filep.
“Saya mohon bantuan teman-teman semua untuk menyampaikan kepada teman-teman yang lain bahwa tidak perlu ada kekerasan atau isu-isu mau demo atau segala macam, tetapi kita semua doakan bapak (Filep Karma),” ucapnya.
“Doakan kami keluarga agar kuat untuk menghadapi cobaan ini,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.