BIMA, KOMPAS.com - Dalam kurun Januari-Agustus 2022, Tim Puma Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Bima Kota telah mengungkap 12 kasus pemanahan misterius di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dari 12 kasus itu, polisi menangkap 11 anak di bawah umur yang diduga menjadi pelaku pemanahan. Bahkan, salah satunya berinisial SR (17), telah dijatuhi vonis penjara 1 tahun empat bulan.
Baca juga: Video Aksinya Tersebar di Medsos, Tiga Pelajar Pembuat Busur Panah di Bima Ditangkap
SR adalah pelaku pemanahan di dua tempat kejadian perkara (TKP), yaitu simpang empat Bolly dan pinggir Jalan Lingkungan Bedi, Kelurahan Manggemaci.
"SR sekarang ditahan di rutan anak di Mataram," kata Kapolres Bima Kota, AKBP Rohadi dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022).
Menurutnya, aksi pemanahan di Bima bukan kenakalan remaja, tetapi masuk tindak pidana kejahatan yang mengancam keselamatan jiwa.
Rohadi meyakinkan, 11 pelaku yang tertangkap akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
"Karena pelaku ini masih di bawah umur yang pasti kita gunakan undang-undang perlindungan anak. Kita rujukannya ke peradilan anak, tapi untuk pasalnya kita terapkan sesuai fakta yang kita temukan, kalau ditemukan sajam kita pakai undang-undang darurat," jelasnya.
Dari 12 kasus yang terungkap, lanjut dia, hanya dua kasus yang belum tahap II atau pelimpahan tersangka dan barang bukti ke kejaksaan.
Sementara disinggung motif para pelaku melancarkan aksinya, Rohadi mengatakan, mereka melakukan aksi itu karena gengsi kelompok atau geng masing-masing.
Biasanya, anggota geng yang berjumlah delapan hingga 10 orang ini saling menantang di media sosial Facebook.
Setelah itu, pada waktu tertentu seperti saat libur sekolah mereka keluar untuk mengeksekusi anggota geng lain.
Baca juga: 3 Pelaku Pemanahan Anggota Polri di Bima Ditangkap, Busur dan Anak Panah Turut Disita
Menurutnya, di Bima ada lebih dari 10 geng remaja yang kerap kali terlibat aksi pemanahan, tiga di antaranya yakni Geng Kalilawar, Kompa, dan Asasin.
"Sebetulnya tidak ada masalah yang fatal, hanya gengsi gengnya saja, ketemu langsung lakukan aksi pemanahan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, makanya kami imbau satuan pendidikan dan tokoh masyarakat juga ikut aktif membantu melakukan upaya-upaya pencegahan," kata Rohadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.