CIANJUR, KOMPAS.com – Gitar lumrahnya dibuat dari kayu. Namun di tangan pemuda asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini, sebuah gitar bisa dibuat hanya dengan memanfaatkan tutup botol plastik bekas.
Selain diklaim lebih tahan lama, gitar berbahan baku limbah ini juga terkesan estetis, bercorak abstrak, dan kaya warna.
Adalah Naufal Fajar Gumelar. Pria kelahiran Cianjur 26 tahun lalu ini sukses berinovasi dengan limbah tutup botol plastik.
Baca juga: Kisah Sukses Saeful, Jual Piyama 300 Lusin per Bulan hingga Malaysia dengan Andalkan Medsos
Ditemui di workshopnya di Jalan Asnawi, Solokpandan, Cianjur, Rabu (28/7/2022), Naufal bersama timnya tengah mengerjakan proyek pembuatan tiga gitar elektrik.
Gitar telecaster bercorak hijau, biru, dan jingga yang dibuatnya kali ini mengusung tema bumi, langit, dan matahari.
Naufal menyebutkan, butuh waktu sepekan untuk mengerjakan satu buah gitar, ditambah proses quality control pasca-produksi.
“(Pembuatan) alat musik kan harus diperhatikan detail-detailnya ya, bobotnya, ukuran, terutama soal resonansi suaranya. Karena itu, setelah jadi saya cek dulu ke ahlinya, musisi, sebelum diserahkan ke pemesan,” kata Naufal kepada Kompas.com, Rabu.
Baca juga: Akhir Kasus Pembunuhan Istri di Cianjur dengan Air Keras, Pelaku Divonis Seumur Hidup
Sejauh ini, gitar elektrik yang dibuatnya baru sebatas bodi. Namun, saat ini Naufal sedang merancang bentuk keseluruhan gitar.
“Sedang proses desain model dan motifnya dari ujung sampai ke bodi,” ujar dia.
Harga bodi gitar buatannya dibanderol Rp 2 juta, sementara untuk satu set gitar listrik daur ulang ini ia jual Rp 5,7 juta.
“Pemesan sejauh ini baru dari luar daerah, kota-kota besar, seperti Bogor, Jakarta dan Bandung,” kata Naufal.
Sepintas proses pengerjaan gitar elektrik dari material plastik ini cukup sederhana, namun membutuhkan kecermatan dan ketepatan waktu.
Terutama saat pemanasan di oven dan pengampelasan.
Naufal bekerja dibantu tiga orang rekannya yang memiliki tugas dan peran masing-masing.
Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah pemilahan tutup botol berdasarkan warna.
Limbah tutup botol biasanya didapat dari pasokan pengepul, namun terkadang mereka mencari sendiri.
“Setelah pemilahan lalu dicacah dengan mesin khusus, kemudian dicuci supaya bersih dan untuk menghilangkan bau, lalu dijemur hingga kering,” kata Naufal.
Langkah selanjutnya, cacahan tutup botol digramasi atau ditimbang sesuai kebutuhan untuk kemudian dituangkan ke dalam loyang atau cetakan yang sudah berbentuk
Untuk satu bodi gitar listrik membutuhkan 1.700 tutup botol dengan bobot sekitar 3 kilogram.
“Bahan baku bersama cetakannya lalu dioven kisaran 15-30 menit sambil terus diawasi,” kata dia.
Selama proses pemanasan itu, material plastik akan meleleh dan membentuk menyesuaikan cetakan yang ada.
“Saat itu, juga dilakukan proses pembentukan motif atau corak sesuai yang diinginkan konsumen atau pemesan,” ujar Naufal.
Naufal menambahkan, untuk proses akhir, cetakan produk yang sudah mengeras kemudian dipres dan diampelas hingga halus dan mengkilat.
Bagi Naufal, pemanfaatan limbah plastik menjadi sebuah produk bukan hal baru. Sebab sebelumnya, ia pernah bekerja di Jakarta di bidang manufaktur berbasis daur ulang.
Namun, karena ia merasa ide dan kreativitasnya terbatas selama menjadi pegawai, sarjana lulusan desain produk ini pun memutuskan resign dan pulang kampung untuk memulai usaha sendiri.
Bersama tiga orang temannya semasa SMA, Naufal mendirikan unit usaha yang dilabeli After Waste pada Januari 2022.
Pelan tapi pasti usahanya terus berkembang, pesanan tak pernah sepi, terutama dari luar kota.
Untuk mengembangkan dan lebih mengenalkan produknya, Naufal menyasar market place di platform-platform digital.
Omzet per bulannya kini sudah mencapai puluhan juta rupiah.
“Sekarang mau mengembangkan ke produk lain, pekan ini mau launching tas dan beberapa produk art decor, semuanya dari bahan limbah tutup botol ini,” kata Naufal.
Menurutnya, selain memiliki nilai estetika tinggi, produk atau kerajinan dari daur ulang limbah juga memberikan dampak ekologi yang luar biasa bagi lingkungan sekitar.
Terlebih, keberadaan limbah plastik yang jumlahnya semakin tidak terkendali saat ini.
“Dari data yang pernah saya baca, setiap rumah tangga mampu memproduksi sampah plastik sebanyak 5 kilogram. Ini kan persoalan bagi lingkungan,” sebut Naufal.
Karena itu, ia berencana menerbitkan katalog desain produk berbahan dasar limbah plastik untuk dibagikan kepada masyarakat.
"Jadi, kalau mengumpulkan sampah sekian kilo itu bisa jadi produk apa saja. Itu kira-kira gambaran isi dari katalog nanti, sedang saya susun," ujar Naufal.
Naufal berharap, langkah kecil yang dilakukannya ini bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemanfaatan atas limbah yang sulit terurai ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.