JAMBI, KOMPAS.com - Kejadian ribut-ribut siswa baru di SMP Negeri 17 Jambi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) ternyata bukan pengeroyokan kakak kelas kepada siswa baru.
Hal ini disimpulkan Kepala Sekolah SMP Negeri 17 Kota Jambi Bambang Hermanto setelah mendapat keterangan para siswa yang terlibat dalam peristiwa tersebut,
"Bukan pengeroyokan, tapi duel satu lawan satu. Kakak-kakak kelasnya hanya provokator dan mengelilingi mereka yang berkelahi. Kakak kelasnya juga yang misahin," kata Bambang.
Baca juga: Kasus Pengeroyokan Siswa Baru di SMP Jambi Berakhir Damai, Keluarga Korban Cabut Laporan
Untuk itu, orangtua pelaku sudah bertanggung jawab dengan menandatangi kontrak perjanjian damai dengan konsekuensi membayar seluruh biaya pengobatan.
Dengan demikian, orangtua korban sudah menerima keputusan bersama, yakni berdamai secara kekeluargaan sehingga laporan ke pihak kepolisian tidak dilanjutkan.
Bambang menjelaskan, kaki muridnya yang retak akibat kejadian ini juga bukan karena dipukul kakak kelas, melainkan karena berkelahi seperti bergulat.
Kaki korban mengenai sesuatu yang keras sehingga terjadilah pembengkakan yang menyebabkan tidak bisa berjalan.
Kejadian bermula usai upacara adanya kegiatan MPLS.
Ketika anak-anak berkelahi, guru sedang melakukan rapat. Sedangkan satpam sedang berada di dekat gerbang sekolah.
"Guru kebetulan ada rapat kecil, dan satpam sedang di depan, melakukan penjagaan dekat gerbang sekolah," kata Bambang.
Untuk mengatasi trauma kepada korban, pihak sekolah mulai dari satpam, guru, guru BK, dan pembina UKS akan memantau korban dan kakak kelasnya.
"Kita akan lakukan pemantauan dan memperkuat pengawasan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi," kata Bambang.
Hal senada disampaikan Kasi Peserta Didik, Dinas Pendidikan Kota Jambi, Handra Anwar yang menuturkan bahwa pemerintah akan menguatkan pengawasan terhadap sekolah dan turun ke lapangan mengedukasi guru dan siswa agar peristiwa serupa tidak berulang.
Sementara perwakilan dari Polsek Telanaipura, Solihin, menuturkan, dari keterangan para pelaku dan korban, tidak ada pengeroyokan dan pemalakan, tetapi perkelahian dengan provokasi.
"Yang berkelahi itu satu kelas. Sedangkan kakak-kakaknya ini mengompori, mengadu. Jadi korban (merasa) dikeroyok karena banyak orang di sekelilingnya saat dia jatuh," kata Solihin.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis : Kontributor Jambi, Suwandi | Editor : Gloria Setyvani Putri)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.