Manfaat lain yang dirasakan warga Dusun Kalipondok setelah kehadirin PLTMH adalah peluang usaha skala rumahan. Kartoyo berujar, beberapa warga dusun ada yang membuka warung serta membuat aneka es dan makanan karena wilayah tersebut dekat objek wisata.
“Ada tukang kayu biasanya mengerjakan secara manual, kini menggunakan listrik sehingga lebih cepat. Itu tentunya membantu sekali dalam bidang ekonomi,” papar Kartoyo.
Sementara itu, Narto mengaku setelah mendapat aliran listrik yang lancar dan stabil dari PLTMH, dia bisa membuka warung dan memasang WiFi area.
“Saya bekerja di ladang. Sebelum ada listrik, istri hanya ikut menggarap tanah. Kini istri bisa mengurus warung. Ada peningkatan pemasukan, jelas,” ujar Narto.
Dalam sebulan, tarif listrik yang dia bayarkan untuk keperluan rumah tangga dan warungnya hanya sekitar Rp 70.000. “Saya termasuk yang banyak (memakai listrik dari PLTMH). (Keluarga) yang lain paling hanya Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per bulan,” kata Narto.
Anak-anak Narto pun bisa leluasa belajar kala malam hari karena aliran listrik dari PLTMH cukup stabil. Apalagi kala pandemi dan para siswa harus mengikuti pembelajaran daring, Narto tak pusing lagi karena dusunnya sudah teraliri listrik dan rumahnya sudah dia pasangi WiFi area.
“Listrik mengalir 24 jam. Kecuali dua minggu sekali, ada pemadaman sekira 5 jam untuk pendinginan generator, sekaligus untuk perawatan dan pengecekan,” ujar Narto yang juga merupakan pengurus PLTMH.
Kartoyo mengatakan, warga di dusun yang mendapat listrik dari PLTMH tersebut kini menolak listrik dari PLN. Dari awalnya grumbul yang tidak dialiri listrik PLN, kini Dusun Kalipondok justru menolak listrik PLN.
“Kami mohon maaf. Sampai hari ini kami masih belum siap menerima PLN masuk ke sini. Kami sayang dengan aset negara ini. Kalau nanti PLN masuk, akhirnya jadi terbengkalai,” tutur Kartoyo.
Senada dengan Kartoyo, Narto juga enggan jika rumah dan dusunnya saat ini harus dialiri listrik PLN.
“Sekarang sudah sangat cukup dengan ini (PLTMH). Meski tidak sebesar PLN, ini kami rasa sudah sangat cukup,” kata Narto.
Baca juga: Kejar Target Karbon Netral, PGN Bakal Regasifikasi Pembangkit Listrik di 33 Lokasi
Program Manager Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) Marlistya Citraningrum mengatakan, pemanfaatan PLTMH di Dusun Kalipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu wujud demokrasi energi.
“Indonesia memiliki banyak aliran sungai, dan ini bisa dimanfaatkan untuk PLTMH dengan atau tanpa memodifikasi alirannya. Kapasitasnya bisa bervariasi, dari ukuran puluhan kW hingga puluhan MW,” papar Citra.
Citra menuturkan, desa yang sulit atau lama dijangkau jaringan PLN dan memiliki aliran sungai yang baik bisa memanfaatkan PLTMH sebagai sumber listrik.
“Praktik pengelolaan swadaya dan bersama menjadi kunci untuk keberlanjutan fasilitas dan pemanfaatannya, sehingga tak hanya menerima manfaat, masyarakat dan pihak sekitar juga berperan aktif,” ujar Citra.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (EDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, potensi energi hidro di Jawa Tengah cukup bervariasi, mulai dari kisaran kecil dari kW hingga yang berukuran besar kisaran MW.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.