Salin Artikel

Mandiri Energi dari Desa Banyumas: Sudah Ada Pembangkit Tenaga Hidro, Warga Tolak Listrik PLN

Di bawah aliran kali kecil, sedikit menengok ke barat, akan tampak grumbul alias permukiman penduduk yang hanya terdiri atas puluhan rumah.

Pria paruh baya bernama Narto tinggal di sana, di RT 006/RW 005 Dusun Kalipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Narto masih ingat betul kegelapan yang menyelimuti rumah dan dusunnya kala mentari mulai turun ke peraduannya beberapa tahun lalu. Dari seantero Desa Cilongok, hanya grumbul itu saja yang tidak mendapat aliran listrik PLN.

Ketika cahaya surya habis tiba, Narto beserta keluarganya dan warga dusun yang berjumlah 70-an keluarga harus beradaptasi dengan gelapnya malam.

Sebelum tahun 2012, Narto dan sejumlah warga membangun kincir air dari kayu di aliran kali untuk memutar generator. Kecil saja skalanya, sekitar 60 watt, dan hanya mampu menghidupkan beberapa bohlam lampu untuk penerangan sejumlah rumah penduduk.

“Kincir air terbuat dari kayu. Generator pun bikin sendiri. Satu kincir itu paling dipakai oleh dua keluarga,” kata Narto kepada wartawan, Rabu (29/6/2022).

Menginjak tahun 2012, kincir air buatan sendiri digantikan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) bantuan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0701/Banyumas, bekerja sama dengan PT Indonesia Power, anak perusahaan PLN. Daya listrik yang dihasilkan PLTMH itu lantas disalurkan untuk menerangi sekitar 40 rumah.

Kepala Desa Karangtengah Karyoto mengatakan, PLTMH bantuan tersebut didasarkan atas keprihatinan bahwa sekitar 70 keluarga di Dusun Kalipondok belum teraliri listrik PLN. Energi dari sumber daya alam setempat, yakni aliran air, dirasa tepat untuk membangkitkan listrik guna menerangi grumbul.

“Seiring berjalannya waktu, ada kerja sama dengan berbagai pihak. Setelah itu, (PLTMH) berjalan kurang lebih beberapa tahun, lalu (luaran daya PLTMH) menjadi kurang maksimal. Hingga akhirnya ada bantuan dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk membangun PLTMH baru,” tutur Kartoyo kepada wartawan rombongan Jelajah Energi Jawa Tengah.

PLTMH bantuan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah tersebut masuk tahun anggaran 2015 dan berkapasitas 15 kilowatt (kW) yang dibangun lebih tinggi dari PLTMH pertama, memanfaatkan aliran air dari Telaga Pucung pula.

Setiap warga yang mendapat aliran listrik dari PLTMH dipasangi meteran listrik dan mereka membayar sesuai tagihan sesuai kesepakatan, Rp 500 per kilowatt jam (kWh).

Karyoto menuturkan, warga yang mengonsumsi listrik dari PLTMH hanya ditarik tarif Rp 500 per kWh. Taqrif tersebut dikumpulkan oleh pengurus yang bertugas merawat PLTMH serta mengatur dana.

“Yang lebih membanggakan, kami bisa berbagi kepada warga masyarakat dari hasil iuran warga (yang mendapat listrik PLTMH) itu tadi. Sampai hari ini, di buku kas pengurus ada sisa bersih Rp 20 juta lebih. Ini suatu kebanggaan bagi kami di Desa Karangtengah. Desa yang memanfaatkan energi terbarukan,” kata Kartoyo.

Manfaat lain yang dirasakan warga Dusun Kalipondok setelah kehadirin PLTMH adalah peluang usaha skala rumahan. Kartoyo berujar, beberapa warga dusun ada yang membuka warung serta membuat aneka es dan makanan karena wilayah tersebut dekat objek wisata.

“Ada tukang kayu biasanya mengerjakan secara manual, kini menggunakan listrik sehingga lebih cepat. Itu tentunya membantu sekali dalam bidang ekonomi,” papar Kartoyo.

Sementara itu, Narto mengaku setelah mendapat aliran listrik yang lancar dan stabil dari PLTMH, dia bisa membuka warung dan memasang WiFi area.

“Saya bekerja di ladang. Sebelum ada listrik, istri hanya ikut menggarap tanah. Kini istri bisa mengurus warung. Ada peningkatan pemasukan, jelas,” ujar Narto.

Dalam sebulan, tarif listrik yang dia bayarkan untuk keperluan rumah tangga dan warungnya hanya sekitar Rp 70.000. “Saya termasuk yang banyak (memakai listrik dari PLTMH). (Keluarga) yang lain paling hanya Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per bulan,” kata Narto.

Anak-anak Narto pun bisa leluasa belajar kala malam hari karena aliran listrik dari PLTMH cukup stabil. Apalagi kala pandemi dan para siswa harus mengikuti pembelajaran daring, Narto tak pusing lagi karena dusunnya sudah teraliri listrik dan rumahnya sudah dia pasangi WiFi area.

“Listrik mengalir 24 jam. Kecuali dua minggu sekali, ada pemadaman sekira 5 jam untuk pendinginan generator, sekaligus untuk perawatan dan pengecekan,” ujar Narto yang juga merupakan pengurus PLTMH.

Kartoyo mengatakan, warga di dusun yang mendapat listrik dari PLTMH tersebut kini menolak listrik dari PLN. Dari awalnya grumbul yang tidak dialiri listrik PLN, kini Dusun Kalipondok justru menolak listrik PLN.

“Kami mohon maaf. Sampai hari ini kami masih belum siap menerima PLN masuk ke sini. Kami sayang dengan aset negara ini. Kalau nanti PLN masuk, akhirnya jadi terbengkalai,” tutur Kartoyo.

Senada dengan Kartoyo, Narto juga enggan jika rumah dan dusunnya saat ini harus dialiri listrik PLN.

“Sekarang sudah sangat cukup dengan ini (PLTMH). Meski tidak sebesar PLN, ini kami rasa sudah sangat cukup,” kata Narto.

Program Manager Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) Marlistya Citraningrum mengatakan, pemanfaatan PLTMH di Dusun Kalipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu wujud demokrasi energi.

“Indonesia memiliki banyak aliran sungai, dan ini bisa dimanfaatkan untuk PLTMH dengan atau tanpa memodifikasi alirannya. Kapasitasnya bisa bervariasi, dari ukuran puluhan kW hingga puluhan MW,” papar Citra.

Citra menuturkan, desa yang sulit atau lama dijangkau jaringan PLN dan memiliki aliran sungai yang baik bisa memanfaatkan PLTMH sebagai sumber listrik.

“Praktik pengelolaan swadaya dan bersama menjadi kunci untuk keberlanjutan fasilitas dan pemanfaatannya, sehingga tak hanya menerima manfaat, masyarakat dan pihak sekitar juga berperan aktif,” ujar Citra.

Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (EDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, potensi energi hidro di Jawa Tengah cukup bervariasi, mulai dari kisaran kecil dari kW hingga yang berukuran besar kisaran MW.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/05/185820578/mandiri-energi-dari-desa-banyumas-sudah-ada-pembangkit-tenaga-hidro-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke