Sementara dari aspek tinggi gelombang tergolong kategori rendah yaitu berdasarkan prakiraan tinggi gelombang oleh BMKG tanggal 14 Juni 2022 sekitar 0,75 m.
Guswanto mengatakan, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lembaga lintas sektor dan pakar lintas disiplin terus mengkaji secara mendalam penyebab bencana di Pantai Amurang, Minahasa Selatan.
"Kepala BNPB sudah menyampaikan akan meneliti lebih lanjut bersama para pakar untuk investigasi," kata dia.
Baca juga: Diduga Abrasi, 15 Rumah dan Jembatan di Pantai Amurang Minahasa Selatan Ambles
Saat ini, di kawasan Pantai Amurang sedang dalam status tanggap darurat. Terdapat kekhawatiran masyarakat terdapat gerakan tanah yang dapat membahayakan warga.
Semasa tanggap darurat, kata Guswanto, BMKG berupaya memberi ketenangan bagi masyarakat dengan memasang sejumlah alat portabel, baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel. Alat taktis tersebut berfungsi mengamati cuaca dan aktivitas seismik secara lokal.
"Baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel digunakan untuk masa tanggap darurat, bersifat lokal untuk menenangkan masyarakat yang masih khawatir terkait monitoring bila ada tanah bergerak," katanya.
Akibat bencana tersebut, Pemkab Minahasa Selatan mencatat ada 136 kepala keluarga (KK) atau 449 jiwa yang mengungsi.
Rutasan warga ini mengungsi di Balai Pertemuan Umum di Kelurahan Lewat, dan di Aula Gereja Syalom, Kelurahan Uwuran Dua, Amurang, Minahasa Selatan.
Bencana alam di pantai Amurang ini terjadi di Kelurahan Bitung dan Kelurahan Uwuran Satu, Minahasa Selatan, atau tepatnya di pesisir Pantai Boulevard, Rabu (15/6/2022) sekitar pukul 14.00 Wita.
Selain rumah, jalan dan jembatan di Pesisir Pantai Amurang juga rusak. Termasuk bangunan kafe dan penginapan juga amblas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.