Setelah setahun di perantauan, Magohiduuru belum pulang juga. Majojaru mulai gelisah.
Suatu hari, Majojaru berjalan-jalan ke dermaga tempat Magohiduuru meninggalkan kampung halamannya.
Baca juga: Asal-usul Baturraden, Kisah Batur dan Raden
Ia melihat kapal yang sedang berlabuh, harapannya salah satu penumpang adalah kekasihnya. Namun tidak ada, sosok Magohiduuru di antara penumpang.
Majojaru bertanya pada seorang awak kapal tentang keberadaan kekasihnya. Mendengar jawaban awak kapal, Majojaru tersentak kaget.
Ternyata, Magohiduuru telah meninggal dunia sebulan yang lalu di perantauan akibat kecelakaan kerja.
Dengan sedih dan lemas, Majojaru pulang ke kampungnya. Di tengah perjalanan, ia berteduh untuk menenangkan hati.
Di atas batu-batuan, Majojaru meratapi nasib yang menimpa kekasihnya. Ia pun menangis sejadi-jadinya hingga tiga hari tiga malam.
Tanpa terasa, air mata menggenangi dan menenggelamkan bantuan tempatnya duduk. Majojaru ikut tenggelam dan meninggal dunia.
Untuk mengenang peristiwa itu, penduduk setempat memberikan nama Telaga Biru, karena airnya sebening air mata yang berwarna biru.
Sumber:
ceritarakyatnusantara.com dan www.legenda.eu.org
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.