KOMPAS.com - Burung Cendrawasih dikenal sebagai satwa khas Papua.
Burung Cendrawasih memiliki bulu-bulu yang indah seperti bidadari.
Burung Cendrawasih masuk dalam spesies Paradisaeidae dari ordo Passeriformes.
Satwa ini ditemukan di Indonesia bagian timur Papua, Papua New Guinea, Australia Timur, dan pulau-pulau selat Torres.
Dibalik keindahannya, Burung Cendrawasih menjadi salah legenda yang merupakan cerita rakyat Papua Barat.
Dikutip dari buku cerita rakyat Papua Barat 'Cenderawasih Si Burung Bidadari' yang ditulis Dwi Pratiwi menceritakan tentang asal-usul Burung Cenderawasih.
Legenda asal-usul Burung Cendrawasih menceritakan kisah seorang anak bernama Kweiya yang tinggal bersama ibu Baria, bapak tiri (Pak Bone) dan adik tirinya, Niko dan Kiara.
Baca juga: Legenda Danau Toba, Tercipta akibat Amarah Putri Jelmaan Ikan
Suatu hari Kweiya tidak ikut ayah dan ibu ke ladang. Kweiya mengajari dua adiknya belajar menganyam noken, tas papua yang terbuat dari serat kayu.
Niko, salah satu adik tiri Kweiya, merasa putus asa karena tidak bisa membuat noken, dia malah mengulur-ulur benang.
Kweiya menegurnya, karena benang yang sudah terulur susah dijalin.
Niko tidak menghiraukan perkataan kakaknya. Ia tetap mengulur benang menjadi tidak beraturan.
Kweiya tidak banyak bicara, namun ia langsung mengambil benang yang diulur Niko lalu masuk ke dalam rumah dengan sedikit kesal.
Kiara, adik tiri Kweiya, memanggil kakaknya yang tidak keluar-keluar dari dalam rumah.
Ternyata di dalam rumah, Kweiya bersembunyi di salah satu sudut rumah sambil memintal benang. Pintalan benang itu akan digunakan untuk membuat sayap.
Saat bapak dan ibu pulang dari ladang, mereka ikut mencari Kweiya setelah mendengar peristiwa yang menyebabkan Kweiya pergi meninggalkan kedua adiknya.