Kemudian, Gen-X, berada di posisi ketiga, dengan 20,47 persen. Gen-X adalah penduduk yang lahir antara tahun 1965-1980 dengan perkiraan usia sekarang 40-55 tahun.
Posisi komposisi keempat, ditempati Post Gen-Z yang sebanyak 12,32 persen. Generasi Post Gen-Z ini lahir tahun 2013 dan seterusnya. Dengan perkiraan usia sekarang, sampai dengan 7 tahun.
Komposisi penduduk Bangka Belitung terkecil, ditempati oleh Generasi Baby Boomers dan Generasi Pre-boomers, dengan masing-masing sebanyak 10,15 persen dan 1,30 persen.
Generasi Baby Boomers lahir pada rentang tahun 1946-1964, dengan perkiraan usia sekarang 56-74 tahun.
Adapun pre-boomer lahir sebelum tahun 1945. Perkiraan usia sekarang di atas 75 tahun.
Di sisi lain, data Badan Narkotika Nasional Provinsi Bangka Belitung sepanjang 2021 hingga 10 Mei 2022, masih ada 10 kasus penyalahgunaan narkoba dengan 17 tersangka serta 38 pasien penyalahgunaan tidak boleh semata dianggap sebagai bukti rendahnya peredaran narkoba di masyarakat.
Rendahnya angka resmi yang dirilis bisa jadi tidak menggambarkan angka faktual di lapangan yang sebenarnya. Energi positif kalangan muda Bangka Belitung perlu mendapat wadah penyaluran.
Di sinilah arti penting hadirnya Rumah Jendela Inspirasi di Pangkalpinang pada khususnya dan Bangka Belitung pada umumnya.
“Hanya manusia dibekali Tuhan Maha Pencipta otak, akal fikiran, rasionalitas, kemampuan bernalar dan mencipta. Karena itu kembangkanlah terus berkah Tuhan ini dengan membaca, berfikir dan menulis agar bisa membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi masa depan” – Prof Dr. Emil Salim.
Di era begitu masifnya penggunaan gawai di kalangan muda di Pangkalpinang, kehadiran Rumah Jendela Inspirasi seperti “oase” bagi kalangan yang dahaga akan beragam literatur.
Ruang baca sekaligus perpustakaan di lantai dua Rumah Jendela Inspirasi membuat anak-anak muda yang tenggelam dalam kenikmatan samudera ilmu seakan menemukan surganya.
Buku-buku tentang lingkungan hidup, ilmu alam, manajemen, komunikasi, politik dan humaniora bisa dibaca tanpa dipungut biaya.
Menjejak lantai demi lantai di Rumah Jendela Inspirasi seperti menapaki jenjang awal kehidupan manusia.
Oleh penggagas Rumah Jendela Inspirasi, lantai satu diibaratkan sebagai tahap kelahiran. Di lantai 1, pengunjung bisa mengudap makanan dan minuman sebagai energi untuk bertumbuh dan berkembang.
Sedangkan lantai dua adalah jenjang kehidupan sehingga pemaknaan kehadiran perpustakaan di lantai ini mengisyaratkan akan perlunya asupan pengetahuan di kehidupan manusia.
Dan di lantai 3 adalah tahap akhir dari kehidupan manusia, yakni kematian. Kehadiran jembatan penghubung di lantai 3 dengan fasad terbuka merupakan asosiasi dengan jembatan menuju “pengadilan” di akherat akan baik buruknya kelakuan umatnya.
Entah sedang bercanda atau mentertawakan kehidupan, di lantai 3 pulalah ada meja menteri negara, lengkap dengan logo kementerian dan bendera Sang Saka Merah Putih.
Puncak karir seseorang tentu saja bisa menjadi menteri atau pejabat daerah, tetapi jaraknya dengan perjalanan akhir demikian dekatnya.
Jika berhasil menunaikan tugas dengan selamat maka nama baik akan terpatri terus dan harum di masyarakat.
Jika gagal karena kerakusan dan ketamakkan diri, maka bisa saja lolos dari pengadilan dunia tetapi di pengadilan akherat tidak akan mungkin bisa diajak “kongkalingkong”.
Rumah Jendela Inspirasi seperti mengingatkan kepada pengunjungnya untuk tetap “membumi” dengan masyarakat serta lingkungan dan tetap ingat terhadap Sang Pencipta Kehidupan.