Kepala Program Studi S-3 Kajian Budaya UNS ini menerangkan, meski petasan memiliki potensi risiko yang tinggi dan dapat menganggu masyarakat, tetapi karena alasan menyenangkan tersebut, risiko tidak dipedulikan.
“Karena sangat menyenangkan, karena ini budaya populer, sehingga hal-hal yang bersifat membahayakan segera tertutupi,” jelasnya.
Baca juga: Puluhan Rumah Rusak gara-gara Pemusnahan Petasan di Bangkalan, Kompolnas: Kapolres Harus Minta Maaf
Karena sering dilakukan berulang-ulang, kegiatan tersebut akhirnya menjadi kebiasaan. Jika kegiatan tersebut dihilangkan, masyarakat akan merasa kehilangan.
“Ini soal momen. Enggak lengkap kalau enggak membunyikan mercon,” tuturnya.
Andrik menekankan bahwa kegiatan menyalakan petasan saat Lebaran bukanlah suatu tradisi, melainkan budaya populer.
“Tradisi enggak bisa dilarang karena dibangun melalui kesepakatan-kesepakatan dan bersifat positif bagi kehidupan. Kalau mercon, bikin gaduh dan membuang uang. Jadi lebih banyak tidak bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.