Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kartini dalam Pingitan, Gagal Sekolah ke Belanda hingga Memutuskan Menikah

Kompas.com - 21/04/2022, 11:15 WIB
Rachmawati

Editor

 

Perjuangan Kartini untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi banyak dibicarakan oleh orang-orang di Belanda.

Adalah Van Kol, anggota parlemen Belanda yang mengusahakan beasiswa untuk Kartini saat ia datang ke Jepara pada 20 April 1902.

Van Kol takjub dengan pemikiran dan perjuangan Kartini tentang persamaan dejarat antara laki-laki dan perempuan yang bisa dicapai melalui pendidikan.

Bahkan pertemuan Van Kol dan keluarga Bupatu Sosroningrat diberitakan di surat kabar De Locomotief.

Namun banyak usaha untuk menghalangi keberangkatan Kartini ke Belanda baik dari para bangsawan pribumi hingga orang -orang Belanda.

Salah satu orang Belanda yang mempengaruhi Kartini untuk membatalkan beasiswanya adalah Nyonya Abendanon. Pada Mei 1902, ia mengirim surat ke Kartini dan meminta remaja putri itu membatalkan rencana belajar ke Belanda karena bisa menjadikan murid-murid Kartini tercerabut dari budaya Jawa.

Baca juga: Panggilan Kartini Kecil, dari Trinil hingga Si Jaran Kore

Namun Kartini tidak bergeming. Hingga J.H Abendanon, pejabat tinggi Belanda datang ke Jepara pada 24 Januari 1903 untuk menemui Kartini. Ia pun mengajak Kartini berbicara di Pantai Klien Scheveningen (Bandengan).

J.H. Abendanon membujuk Kartini untuk merubah tujuannya belajar dari Belanda ke Batavia, karena akan banyak keuntungan yang didapatkannya.

Pembicaraan antara J.H. Abendanon dan Kartini membawa pengaruh yang tidak terduga, Kartini membatalkan niatnya untuk pergi belajar ke Belanda. Keputusan yang sangat aneh dan misterius, karena Kartini sudah mendambakan kesempatan itu bertahun tahun.

Dalam suratnya kepada anak keluarga Abendanon tanggal 27 Januari 1903 Kartini menulis, “Percakapan kami di pantai menghasilkan keputusan, kami segera menyampaikan permohonan kepada Gubernur Jenderal dengan persetujuan orang tua, agar kami diberi kesempatan oleh pemerintah untuk menamatkan pendidikan di... Betawi !"

Baca juga: Panggilan Kartini Kecil, dari Trinil hingga Si Jaran Kore

Surat tersebut juga menjelaskan sebab-sebab Kartini membatalkan niatnya berangkat ke Belanda :

  1. Kartini khawatir kepergiannya ke Belanda dalam waktu yang lama membuat rakyat melupakannya, padahal kepergiannya bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka.
  2. Kartini khawatir dengan kondisi kesehatan ayahnya yang sudah tua, yang sewaktu-waktu bisa terserang oleh penyakit yang membutuhkan perawatan.
  3. Belajar di Belanda membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara jika belajar di Batavia maka bisa segera mempraktekan ilmunya.
  4. Janji Mr. Abendanon yang mengizinkan Kartini untuk membuka sekolah meski belum mengikuti ujian pendidikan guru.

Keputusan Kartini tidak berangkat ke Belanda membuat teman-teman yang memperjuangkan dirinya kecewa. Kartini berusaha menjelaskan kepada teman-temannya tentang budaya masyarakatnya yang masih belum semaju masyarakat yang tinggal di Belanda.

Baca juga: Rayakan Hari Kartini, Ini 5 Film tentang Perjuangan Perempuan Indonesia

Setelah batal sekolah ke Belanda, Kartini dan adiknya Roekmini memutuskan membuka sekolah untuk anak gadis.

Sekolah itu untuk menekankan pembinaan budi pekerti dan karakter anak. Pada bulan Juni 1903, kegiatan sekolah dimulai di pendopo kabupaten.

Kartini mengatur sekolah sesuai dengan gagasan yang ada di dalam dirinya. Murid-muridnya adalah anak perempuan priyayi ada ada di Kota Jepara.

Sekolah dilakukan selama empat hari dalam seminggu yaknu mulai Senin hingga Kamis. Para siswa masuk jam 08.00 dan pulang jam 12.30.

Baca juga: Kisah Kartini Masa Kini, Es Marem Bu Ning Kranggan Berhasil Bertahan Puluhan Tahun Karena Sosok Perempuan Mandiri 

Murid-murid belajar membaca, menulis, menggambar, tata krama, sopan-santun, memasak, serta membuat kerajinan tangan.

Aktifitas Kartini di sekolah menjadikannya melupakan rasa pedih karena gagal berangkat ke Belanda.

Pertengahan Juli 1903 perhatian Kartini dalam mengelola sekolah mulai terpecah, karena datang utusan Bupati Rembang Raden Adipati Djojo Adiningrat membawa surat lamaran untuk Kartini.

Surat lamaran Raden Adipati Djojo Adiningrat diterima oleh Kartini disertai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

  1. Bupati Rembang menyetujui dan mendukung gagasan-gagasan dan cita-cita Kartini.
  2. Kartini diizinkan membuka sekolah dan mengajar puteri-puteri bangsawan di Rembang

Baca juga: Ngasirah Ibu Kandung Kartini

Foto Raden Mas Sienggih (13 September 1904), putra KartiniKITLV Foto Raden Mas Sienggih (13 September 1904), putra Kartini
Jawaban Kartini segera disampaikan kepada Bupati Rembang dan mendapatkan persetujuan, sehingga pernikahan antara Raden Adipati Djojo Adiningrat dengan Kartini bisa segera dilaksanakan.

Pada 24 Juli 1903, setelah Kartini menerima lamaran Raden Adipati Djojo Adiningrat, datang surat dari Surat Keputusan Gubernur Jenderal yang memberikan izin kepada Kartini dan Roekmini untuk melanjutkan pendidikan ke Batavia.

Mereka mendapatkan bantuan biaya dari pemerintah masing-masing sebesar f. 200,- (dua ratus gulden) sebulan selama dua tahun.

Keputusan pemerintah tersebut menjadi tidak berarti karena Kartini sudah memutuskan untuk menikah, sementara Roekmini tidak mungkin pergi sendiri belajar di Batavia.

Baca juga: 6 Tempat Wisata Jejak Peninggalan R.A. Kartini di Jepara dan Rembang

Pernikahan Kartini yang semula direncanakan pada 12 November 1903, atas permintaan Bupati Rembang dimajukan menjadi 8 November 1903. Pernikahan dilaksanakan di Jepara dengan cara yang sederhana dihadiri oleh saudara-saudara dekat kedua mempelai.

Pernikahan ini tidak disertai dengan upacara mencium kaki mempelai laki-laki oleh
mempelai perempuan sesuai dengan permintaan Kartini. Mempelai laki-laki mengenakan pakaian dinas, sementara Kartini memakai pakaian seperti keseharian biasa.

Setahun setelah menikah, Kartini hamil dan melahirkan. Sayangnya beberapa hari setelah melahirkan, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1903 di usia 25 tahun.

Kematian R.A. Kartini sangat mengguncang pikiran suaminya, R.M. Djojo Adiningrat.

Baca juga: INFOGRAFIK: Menelusuri Munculnya Disinformasi Kartini Berjilbab yang Beredar di Medsos

 

Kepada Nyonya Abendanon beliau menulis sebuah surat yang menceritakan kematian isterinya:

“Dengan halus dan tenang ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan saya. Lima menit sebelum hilangnya (meninggal), pikirannya masih utuh, dan sampai saat terakhir
ia tetap sadar. Dalam segala gagasan dan usahanya, ia adalah Lambang Cinta, dan pandangannya dalam hidup demikian luasnya. Jenazahnya saya tanam keesokan harinya di halaman pesanggrahan kami di Bulu, 13 pal dari kota”

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Regional
3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

Regional
Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Regional
Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Regional
Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Regional
KPU Sikka Tetapkan 35 Caleg Terpilih Periode 2024-2029, Ini Daftarnya

KPU Sikka Tetapkan 35 Caleg Terpilih Periode 2024-2029, Ini Daftarnya

Regional
Perempuan di Bawah Umur Diperkosa 7 Pria di Pantai, Sempat Dicekoki Miras

Perempuan di Bawah Umur Diperkosa 7 Pria di Pantai, Sempat Dicekoki Miras

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com