Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Dela di Tangan 2 Kakak Sepupu dan Kisah Kekerasan yang Menghantui Anak-anak

Kompas.com - 15/04/2022, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

 

Pelaku mengaku kerap dianiaya sang ayah

Saat konferensi pers di Mapolres Sukoharjo, tersangka GBS membuat pengakuan yang mengejutkan.

Di hadapan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Bugroho, GBS mengaku mendapatkan didikan yang keras dari sang ayah. Ia dan adiknya juga kerap dipukuli oleh sang ayah.

"Ayah saya bekerja sebagai sipir di Jakarta," kata GSB, Rabu (13/4/2022).

Tak hanya ayah, saat menempuh pendidikan di pondok pesantren, ia mengaku kerap mendapatkan kekerasan.

"Saya sama orangtua digitukan (dipukuli), di pondok juga seperti itu," ucapnya.

Baca juga: Kisah Bocah Yatim Piatu Usia 7 Tahun Tewas Dibanting Kakak Sepupu, Dituduh Mencuri dan Sering Dianiaya

"Bapak untuk urusan rumah angkat tangan, nafkah hanya untuk adik saya. Tapi ngasihnya harus ada syaratnya, seperti harus memuji dia dan menghormati dia," ujarnya.

Kondisi ekonomi membuat sang ibu, Kartini harus ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Sementara itu sang ayah tak pernah pulang. GBS mengaku terakhir bertemu sang ayah tahun 2017 saat masih bertugas di Sulawesi.

Ia mengaku hal tersebut membuatnya benci pada sosok ayahnya.

"Pesannya buka mata dan buka hati, hidup di dunia gak akan lama, buat apa main-main perempuan di luar sana," ucapnya.

Baca juga: Polisi Tangkap Terduga Pelaku Penganiayaan yang Buat Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas

Menurutnya, selama sang ibu di rumah, ia tak berani memukul Dila.

"Ibu merantau sejak bulan Februari sebagai ART di Jakarta, saat ada ibu saya cuma jewer dan cubit saja, gak berani mukul. Saya mukul baru bulan-bulan ini saja," ujarnya.

Alasannya tega memukul Dila karena korban dianggap ngeyel dan sering berbohong.

Bahkan, dia menyebut jika korban sering mencuri uang di warung yang ia kelola dengan sang adik.

"Uang itu kan untuk hidup satu rumah, ibu kirim uang kan akhir bulan, saya juga bekerja dan mengurus warung untuk kebutuhan rumah tangga dan keluarga saya," kata dia.

Baca juga: Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas, Diduga Dianiaya Kakak Sepupu

"Ditotal uang warung yang diambil sekira Rp 500.000 belum uang lainnya, itu dipakai jajan, padahal kami juga sudah ngasih uang jajan," tambahnya.

Sementara itu Kapolres Sukoharjo mengatakan kedua tersangka kerap menganiaya Dila.

Penganiayaan terakhir terjadi pada Selasa siang. Mereka menendang kedua kaki korban saat berdiri hingga kirban jatuh ke belakang.

Bahkan korban juga dibanting hingga kepala terbentur lantai.

"Setelah itu korban lemas, sempat diberikan makanan dan obat, namun tidak kunjung membaik, sore harinya sempat dibawa ke Runah Sakit, namun di sana dinyatakan sudah meninggal dunia," tambahnya.

Baca juga: Warga Lumajang Dianiaya hingga Lumpuh, Polisi Sudah Kantongi Identitas Pelaku

Sebelumnya korban juga kerap dianiaya dan dipukul dengan tangan dan kaki serta tongkat bambu. Bahkan kedua pelaku pernah mengikat korban dengan tali rafia.

GSB pernah memukul Dela karena korban tidak menurut saat disuruh manghafal Al-quran.

Dia juga memukul korban dengan gagang pel karena korban diturduh mengambil uang dari warung yang dijaga oleh pelaku.

"Pelaku pernah mengikat tangan dan kaki korban dengan tali rafia, kemudian dipukul dengan rotan seblak kasur hingga menangis," ucapnya.

"Pelaku juga pernah menampar pipi korban sebanyak tiga kali hingga berdarah," tambahnya.

Baca juga: Kasus Taruna PIP Semarang Dianiaya hingga Tewas, Terdakwa Mengaku Penganiayaan ke Junior Sudah Tradisi

Ibu asuh pingsan saat jenazah Dila dimakamkan

Kartini, ibu angkat Umairoh Fadilatunnisa atau D (7), bocah yang tewas diduga dianiaya menangis saat jenazah anak angkatnya tersebut akan dimakamkan di Astana Laya Tegalan RT 003/001 Desa Ngabeyan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Kartini, ibu angkat Umairoh Fadilatunnisa atau D (7), bocah yang tewas diduga dianiaya menangis saat jenazah anak angkatnya tersebut akan dimakamkan di Astana Laya Tegalan RT 003/001 Desa Ngabeyan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).
Kartini, ibu asuh yang juga tante pulang ke Sukoharjo saat pemakaman Dila padaRabu (13/4/2022).

Ia terlihat memeluk erat jenaah Dila yang hendak diangkat ke liang lahat. Kartini seakan tak percaya, anak yang dia adopsi dari adiknya itu tewas mengenaskan.

Saat proses penguburan, Kartini pun tak kuat lagi, dan pingsan. Bahkan dia harus ditandu, dan dibawa oleh Ambulance Pawartos.

Sementara itu warga sekitar menggelar doa bersama untuk Dila di Balai Desa Ngabeyan pada Rabu (13/4/2022) pukul 21.00 WIB.

Tahlilan itu merupakan inisiasi dari warga di Desa Ngabeyan lantaran ikut terpukul atas kepergian Dila.

Namun menurut Kepala Dusun Nganeyan, Arif Qomarudin, tak ada satu pun keluarga Dula yang datang ke acara tahlilan yang digelar di balai desa.

"Enggak hadir, ini hanya relawan dan warga yang mau hadir dan mendoakan adik Dila," ungkapnya.

Baca juga: Tangis Kartini Pecah Saat Jenazah Anak Angkatnya yang Tewas Dianiaya Dimakamkan

Pandangan psikolog

Ilustrasi kekerasan terhadap perempuanSHUTTERSTOCK Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan
Sementara itu Psikolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Rafika Nur Kusumawati menjelaskan jika pendidikan pola asuh sangat berpengaruh pada coping strategi anak dalam menyelesaikan masalah.

"Cara menyelesaikan masalah akan serupa, apa yang telah diajarkan orangtua ke anak," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2022).

Menurutnya anak akan melakukan apa yang ia lihat dan dilakukan oleh orangtuanya.

Terkait kasus Dila, kedua pelaku mengaku mendapatkan perlakuan keras selama dididik orangtuanya khususnya ayahnya saat tersangka masih kecil.

"Perilaku pola asuh tidak akan bisa serta merta bisa hilang begitu saja, karena sebuah kebiasaan jadi akan susah untuk dihilangkan," paparnya.

Baca juga: Kisah Pilu Bocah Yatim Piatu Tewas Diduga Dianiaya Kakak Sepupu di Kartasura

Rafika menjelaskan, perilaku tersebut tidak hanya dari faktor dari orangtua saja, namun juga dari faktor lingkungan.

Disinggung mengenai adanya faktor broken home yang dialami oleh tersangka lantaran kedua orangtua berpisah, menurutnya juga bisa menjadi pengaruh.

"Jadi luka masa kecil itu juga bisa jadi pemicu juga menjadikan perilaku tersebut," ungkapnya.

Selain itu, usia tersangka F yang masih remaja dinilai juga menjadi faktor emosinya yang masih naik turun saat harus mengasuh adik angkatnya.

"Untuk remaja sendiri masih naik turun, dan dia juga tidak mendapat peran yang baik dari orangtuanya, tidak mendapat dua sosok yang dia butuhkan apalagi untuk remaja," jelasnya.

Baca juga: Atlet Muaythai Berprestasi Nur Fadhillah Diduga Disekap dan Dianiaya Mantan Pelatih

Sehingga untuk penguasaan emosi dan penyelesaian masalah, ia mencontoh perilaku yang diterapkan oleh kepada dirinya.

"Memang strategi penyelesaian masalah yang diambil sesuai dengan ayahnya tapi tidak memikirkan bahwa usai hingga setiap anak punya standar masing-masing," ungkapnya.

"Perlu juga orangtua membentuk merespon suatu permasalahan, membayangkan jika sebab akibat," lanjutnya.

SUMBER:: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani | Editor : Ardi Priyatno Utomo), Tribun Solo, Kompas.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Regional
Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Regional
Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Regional
Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Regional
Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com