Saat konferensi pers di Mapolres Sukoharjo, tersangka GBS membuat pengakuan yang mengejutkan.
Di hadapan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Bugroho, GBS mengaku mendapatkan didikan yang keras dari sang ayah. Ia dan adiknya juga kerap dipukuli oleh sang ayah.
"Ayah saya bekerja sebagai sipir di Jakarta," kata GSB, Rabu (13/4/2022).
Tak hanya ayah, saat menempuh pendidikan di pondok pesantren, ia mengaku kerap mendapatkan kekerasan.
"Saya sama orangtua digitukan (dipukuli), di pondok juga seperti itu," ucapnya.
"Bapak untuk urusan rumah angkat tangan, nafkah hanya untuk adik saya. Tapi ngasihnya harus ada syaratnya, seperti harus memuji dia dan menghormati dia," ujarnya.
Kondisi ekonomi membuat sang ibu, Kartini harus ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Sementara itu sang ayah tak pernah pulang. GBS mengaku terakhir bertemu sang ayah tahun 2017 saat masih bertugas di Sulawesi.
Ia mengaku hal tersebut membuatnya benci pada sosok ayahnya.
"Pesannya buka mata dan buka hati, hidup di dunia gak akan lama, buat apa main-main perempuan di luar sana," ucapnya.
Baca juga: Polisi Tangkap Terduga Pelaku Penganiayaan yang Buat Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas
Menurutnya, selama sang ibu di rumah, ia tak berani memukul Dila.
"Ibu merantau sejak bulan Februari sebagai ART di Jakarta, saat ada ibu saya cuma jewer dan cubit saja, gak berani mukul. Saya mukul baru bulan-bulan ini saja," ujarnya.
Alasannya tega memukul Dila karena korban dianggap ngeyel dan sering berbohong.
Bahkan, dia menyebut jika korban sering mencuri uang di warung yang ia kelola dengan sang adik.
"Uang itu kan untuk hidup satu rumah, ibu kirim uang kan akhir bulan, saya juga bekerja dan mengurus warung untuk kebutuhan rumah tangga dan keluarga saya," kata dia.
Baca juga: Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas, Diduga Dianiaya Kakak Sepupu
"Ditotal uang warung yang diambil sekira Rp 500.000 belum uang lainnya, itu dipakai jajan, padahal kami juga sudah ngasih uang jajan," tambahnya.
Sementara itu Kapolres Sukoharjo mengatakan kedua tersangka kerap menganiaya Dila.
Penganiayaan terakhir terjadi pada Selasa siang. Mereka menendang kedua kaki korban saat berdiri hingga kirban jatuh ke belakang.
Bahkan korban juga dibanting hingga kepala terbentur lantai.
"Setelah itu korban lemas, sempat diberikan makanan dan obat, namun tidak kunjung membaik, sore harinya sempat dibawa ke Runah Sakit, namun di sana dinyatakan sudah meninggal dunia," tambahnya.
Baca juga: Warga Lumajang Dianiaya hingga Lumpuh, Polisi Sudah Kantongi Identitas Pelaku
Sebelumnya korban juga kerap dianiaya dan dipukul dengan tangan dan kaki serta tongkat bambu. Bahkan kedua pelaku pernah mengikat korban dengan tali rafia.
GSB pernah memukul Dela karena korban tidak menurut saat disuruh manghafal Al-quran.
Dia juga memukul korban dengan gagang pel karena korban diturduh mengambil uang dari warung yang dijaga oleh pelaku.
"Pelaku pernah mengikat tangan dan kaki korban dengan tali rafia, kemudian dipukul dengan rotan seblak kasur hingga menangis," ucapnya.
"Pelaku juga pernah menampar pipi korban sebanyak tiga kali hingga berdarah," tambahnya.
Ia terlihat memeluk erat jenaah Dila yang hendak diangkat ke liang lahat. Kartini seakan tak percaya, anak yang dia adopsi dari adiknya itu tewas mengenaskan.
Saat proses penguburan, Kartini pun tak kuat lagi, dan pingsan. Bahkan dia harus ditandu, dan dibawa oleh Ambulance Pawartos.
Sementara itu warga sekitar menggelar doa bersama untuk Dila di Balai Desa Ngabeyan pada Rabu (13/4/2022) pukul 21.00 WIB.
Tahlilan itu merupakan inisiasi dari warga di Desa Ngabeyan lantaran ikut terpukul atas kepergian Dila.
Namun menurut Kepala Dusun Nganeyan, Arif Qomarudin, tak ada satu pun keluarga Dula yang datang ke acara tahlilan yang digelar di balai desa.
"Enggak hadir, ini hanya relawan dan warga yang mau hadir dan mendoakan adik Dila," ungkapnya.
Baca juga: Tangis Kartini Pecah Saat Jenazah Anak Angkatnya yang Tewas Dianiaya Dimakamkan
"Cara menyelesaikan masalah akan serupa, apa yang telah diajarkan orangtua ke anak," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2022).
Menurutnya anak akan melakukan apa yang ia lihat dan dilakukan oleh orangtuanya.
Terkait kasus Dila, kedua pelaku mengaku mendapatkan perlakuan keras selama dididik orangtuanya khususnya ayahnya saat tersangka masih kecil.
"Perilaku pola asuh tidak akan bisa serta merta bisa hilang begitu saja, karena sebuah kebiasaan jadi akan susah untuk dihilangkan," paparnya.
Baca juga: Kisah Pilu Bocah Yatim Piatu Tewas Diduga Dianiaya Kakak Sepupu di Kartasura
Rafika menjelaskan, perilaku tersebut tidak hanya dari faktor dari orangtua saja, namun juga dari faktor lingkungan.
Disinggung mengenai adanya faktor broken home yang dialami oleh tersangka lantaran kedua orangtua berpisah, menurutnya juga bisa menjadi pengaruh.
"Jadi luka masa kecil itu juga bisa jadi pemicu juga menjadikan perilaku tersebut," ungkapnya.
Selain itu, usia tersangka F yang masih remaja dinilai juga menjadi faktor emosinya yang masih naik turun saat harus mengasuh adik angkatnya.
"Untuk remaja sendiri masih naik turun, dan dia juga tidak mendapat peran yang baik dari orangtuanya, tidak mendapat dua sosok yang dia butuhkan apalagi untuk remaja," jelasnya.
Baca juga: Atlet Muaythai Berprestasi Nur Fadhillah Diduga Disekap dan Dianiaya Mantan Pelatih
Sehingga untuk penguasaan emosi dan penyelesaian masalah, ia mencontoh perilaku yang diterapkan oleh kepada dirinya.
"Memang strategi penyelesaian masalah yang diambil sesuai dengan ayahnya tapi tidak memikirkan bahwa usai hingga setiap anak punya standar masing-masing," ungkapnya.
"Perlu juga orangtua membentuk merespon suatu permasalahan, membayangkan jika sebab akibat," lanjutnya.
SUMBER:: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani | Editor : Ardi Priyatno Utomo), Tribun Solo, Kompas.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.