"Bekerja di perantauan, usahakan punya sebanyak-banyaknya teman. Itu jalan memulai usaha," petuahnya.
Dengan manfaat banyaknya relasi tersebut, Aris memutuskan menyisihkan gajinya sedikit demi sedikit membuka warung kelontong.
Sifat Aris yang humble dan supel tersebut langsung mendapat kepercayaan dari para supplier Sembako dan rokok.
Baca juga: Penyelundupan 23 Calon PMI Ilegal ke Malaysia Digagalkan di Perairan Asahan Sumut
"Saya dititipi jumlah besar rokok Malaysia tak bercukai untuk dijual di perkebunan. Laris sekali itu barang dan saya tekuni saja. Namanya di kebun, asal menghasilkan uang ya jalani saja," katanya.
Sayangnya, usaha rokok tanpa cukai membawanya berurusan dengan aparat Custom/Bea Cukai.
Ia menjadi target operasi dan rokok-rokok tanpa cukai senilai 10.000 ringgit disita oleh aparat.
"Saya dibawa dan diberi peringatan. Setelah itu dilepas dan kembali fokus bekerja sambil membesarkan warung," imbuhnya.
Selama 40 tahun bekerja, ia tidak pernah absen mengirim uang untuk istri dan anak anaknya di kampung. Ia juga selalu rutin pulang kampung di momen hari raya.
Uang hasil kerjanya, sudah diubah menjadi aset seperti rumah dan sarang burung walet, serta beberapa aset lain.
Baca juga: Cerita Wirati, PMI Asal Bali di Ukraina: Sembunyi di Bunker hingga Lihat Mayat Bergelimpangan
Sejak Malaysia memutuskan mengunci wilayah/lockdown sebagai penanggulangan Covid-19, Aris masih bisa terus bekerja mengembangkan warung.
Perusahaan kelapa sawit tempatnya bekerja bahkan memberikan gaji meski para buruh diistirahatkan akibat pandemi.
"Kemudian saya berpikir untuk pulang kampung saja. Usia sudah tidak lagi muda. Saya ingin berkumpul di kampung halaman, sudah terlalu lama saya pergi mencari uang. Sudah waktunya menikmati apa yang saya dapatkan selama 40 tahun ini," katanya.
Ia kemudian mendaftarkan diri ke KRI Tawau untuk pulang kampung. Dengan pikirannya yang polos dan sederhana, Aris membawa uang di kantung besar celana pendek dan ia lapisi dengan celana panjang kain.
Siapa sangka, gembolan di saku celana pendek tersebut memancing kecurigaan aparat polisi. Ia dibawa ke pos polisi dan menjalani pemeriksaan karena diduga membawa narkoba.
"Uang itu saya taruh di kantong celana pendek. Jumlahnya tidak usahlah ditanya, yang jelas tidak sedikit karena hasil kerja selama pandemi yang sebagian sudah dikirim ke keluarga. Setelah diperiksa dan tidak ada narkoba, saya dilepas dan dipersilakan naik kapal untuk pulang ke Indonesia," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.