Ia menyampaikan, institusi TNI harus peka terhadap kesehatan mental prajurit.
“Saya kira bukan hanya pimpinan TNI di level atas, terutama di level bawah yang berhadapan dengan prajurit. Harus peka,” tuturnya.
Kepekaan ini harus ditumbuhkan lantaran potensi depresi bagi seorang prajurit selalu ada.
“Ini butuh kedisplinan dan pemantauan dari waktu ke waktu,” jelasnya.
Bila kondisi ini diremehkan, padahal si prajurit sudah menunjukkan gejala awal depresi, hal ini dapat membahayakan keselamatan dirinya sendiri maupun orang lain.
“Mereka kan membawa senjata, sehingga risiko seperti ini harus diwaspadai. Bagaimana pun, tentara yang depresi apalagi saat bersenjata, akan sangat membahayakan,” tandasnya.
Personel Brimob, Bharaka FA, ditembak saat sedang melintas di depan pos tersebut dengan sepeda motor.
Akibat kejadian itu, Bharaka FA meninggal dunia. Sementara itu, seorang rekannya berinisial Prada R dirawat di rumah sakit.
Senjata api yang dipakai Pratu R diambil dari gudang senjata. Ia awalnya membongkar gudang, lalu mengambil sepucuk senjata api laras panjang jenis SS2P2 beserta amunisinya.
Pelaku sempat menembaki komandannya, tetapi tembakan itu meleset.
Kapendam XVI/Pattimura Kolonel Arh Adi Prayogi Choirul Fajar menerangkan, Pratu R saat ini sudah ditahan dan sedang diperiksa di Sub Detasemen Polisi Militer (Denpom) Masohi.
“Pelaku saat ini berada di Sub Denpom Masohi dalam proses penyelidikan dan pemeriksaan kesehatan kejiwaannya karena diduga pelaku mengalami depresi akut sehingga melakukan tindakan yang mestinya tidak dilakukan,” paparnya kepada wartawan di markas Korem 151 Binaya, Ambon, Maluku, Rabu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.