Meski demikian, belum ada catatan yang valid mengenai apakah cerita tersebut benar atau kapan kisah itu terjadi.
Sama seperti tarian tradisional pada umumnya, Tari Lilin juga memiliki fungsi dari pementasannya.
Fungsi Tari Lilin pada masa lalu lebih untuk memeriahkan upacara-upacara adat yang digelar masyarakat.
Tari Lilin ini sebagai manifestasi rasa syukur manusia kepada Tuhan atas capaian yang didapat.
Namun seiring berjalannya waktu, fungsi Tari Lilin mengalami pergeseran.
Tari Lilin tidak lagi eksklusif ditampilkan di lingkungan istana pada malam hari seperti dahulu.
Saat ini, Tari Lilin berfungsi sebagai pertunjukan hiburan untuk masyarakat luas.
Tak hanya itu, Tari Lilin juga kerap dijadikan sebagai tarian penyambut tamu.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, penari Tari Lilin juga berkepentingan untuk menjaga lilin tetap menyala.
Oleh karena itu, gerakan Tari Lilin juga cenderung lemah lembut dan mengedepankan keindahan.
Gerakan tarian ini juga didominasi dengan ayunan tangan, gerakan seperti berdoa, hingga badan yang meliuk dan memutar.
Dalam satu kesempatan, para penari tarian ini juga menggerakkan tarian dalam posisi duduk.
Sisi atraktif gerakan tari ini dapat disaksikan saat para penari membolak-balikkkan piring yag di atasnya terdapat lilin.
Sedangkan musik yang mengiringi Tari Lilin berasal dari alat musik seperti accordeon, biola, gong, gitar, saxophone, kenong, bonang, gendang, dan tok-tok.
Adapun busana yang dikenakan para penari umumnya berupa pakaian adat Minangkabau.
Penari dilengkapi dengan hiasan kepala yang disebut tangkuluak, baju batabue, celana lambak lengkap dengan selempang.
Aksesoris lain yaitu kalung, gelang, cincin, serta yang paling utama adalah piring dengan lilin menyala di atasnya.
Sumber:
Tribunnewswiki.com
Teks Prosedur Gerakan Tari Lilin - Muh Ali Sodik (Scribd)
Tari Lilin dari Sumatera Barat - Eko (Scribd)
Tarian Daerah yang Menggunakan Properti - Wied (Scribd)