KOMPAS.com - Simbol perhelatan G20 yang akan diikuti oleh 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) menggunakan siluet gunungan sebagai lambang “Recover” atau babak baru dan keseimbangan.
Melansir laman resmi indonesia.go.id, logo Indonesia untuk keketuaan G20 yang kental dengan budaya ini menggunakan siluet gunungan sebagai salah satu cara menyampaikan narasi yang perlu disampaikan ke publik.
Baca juga: Sunan Kalijaga, dari Brandalan hingga Berdakwah lewat Wayang
"Gunungan merefleksikan bagaimana kita memahami gunungan di wayang, yaitu perpindahan babak. Babak yang dimaksud di sini adalah babak menuju pemulihan ekonomi dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan," jelas Hari Prabowo, Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup serta G20 Kementerian Luar Negeri dalam Forum Tematik Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) - Menuju Presidensi G20 Indonesia "Recover Together, Recover Stronger" di Jakarta, Selasa (23/11/2021).
Baca juga: Asal-usul, Ragam Jenis, dan Fungsi Wayang Kulit
Ini bukan sekali gunungan wayang digunakan sebagai sebuah simbol, sebelumnya gunungan juga digunakan dalam uang logam Rp100 emisi tahun 1978.
Melansir laman jbbudaya.jogjabelajar.org, Gunungan merupakan perangkat dalam kesenian wayang kulit yang berwujud menyerupai gunung.
Baca juga: Mengenal Wayang Golek, dari Sejarah hingga Dalang Asep Sunandar Sunarya
Gunungan dikenal juga dengan istilah kayon yang berasal dari mata kayu karena menggambarkan pohon hayat (pohon kehidupan) beserta hewan penghuni hutan.
Wayang gunungan untuk pertama kali diciptakan pada tahun 1443 Caka, yaitu tahun dengan sengkalan berbunyi Geni Dadi Sucining Jagad.
Pagelaran wayang kulit di masa lalu mulanya hanya menggunakan satu gunungan saja, dan masih dilestarikan di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat hingga kini.
Sebelum pagelaran wayang dimulai, gunungan akan tertancap tegak lurus di debog atas.
Hal serupa dilakukan dalang setelah pergelaran wayang berakhir di mana gunungan akan ditancapkan lagi tegak lurus di debog atas tepat di tengah kelir.
Hal ini kemudian dikenal dengan istilah tancep kayon yang menandai berakhirnya pertunjukan wayang tersebut.
Gunungan dibedakan menjadi dua jenis berdasar ornamennya, yaitu kayon blumbangan dan kayon gapuran.
Kayon blumbangan adalah gunungan yang memiliki ornamen blumbang atau kolam lengkap dengan air dan ikan serta beberapa wujud hewan lainnya.
Kayon gapuran adalah gunungan dengan ornamen gapura yang dijaga oleh dua sosok raksasa di kanan dan kiri gapura.
Ornamen gunungan umumnya disungging atau digambar dengan dua sisi berbeda.