Namun, ketika para pemimpin negara termasuk Presiden Soekarno, Muhammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX rapat membahas strategi pertahanan, Jenderal Sudirman muncul.
Kehadiran Jenderal Sudirman cukup mengejutkan. Pasalnya kondisi kesehatan Jenderal Sudirman belum pulih, bahkan paru-parunya konon hanya berfungsi 50 persen.
Saat itu Jenderal Sudirman menyarankan untuk Perang Gerilya. Namun tidak disetujui Presiden lantaran masih percaya jalur diplomasi.
Pada tanggal 22 Desember 1948, Jenderal Sudirman pun memutuskan keluar dari Yogyakarta dan bergeilya bersama pasukannya.
Perang Gerilya ditempuh Jenderal Sudirman selama berbulan-bulan, sambil ditandu akibat sakitnya yang terus memburuk.
Puncaknya pada 1 Maret 1949, pasukan gerilya Jenderal Sudirman berhasil merebut kembali Yogyakarta dari Belanda.
Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Peristiwa ini pula yang memaksa Belanda mau kembali ke meja perundingan.
Jenderal Sudirman wafat satu bulan setelah pengakuan kemerdekaan oleh Belanda, tepatnya pada 29 Januari 1950.
Penetapan Jenderal Besar TNI sendiri dilakukan pada tahun 1997, saat pemerintahan Presiden Soeharto.
Sumber:
Kompas.com
Gramedia.com
Perpusnas.go.id