Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monumen Jogja Kembali Simpan Tandu Pertama Jenderal Sudirman

Kompas.com - 05/10/2017, 16:23 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Jenderal Sudirman merupakan Panglima Besar pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Semasa perang kemerdekaan, meski dalam kondisi sakit paru, Jenderal Sudirman tetap bersama pasukan untuk melakukan gerilya dengan ditandu.

Salah satu tandu yang pernah digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman saat ini tersimpan di monumen Jogja Kembali.

"Ada satu tandu yang digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman tersimpan di sini (Monumen Jogja Kembali) lengkap dengan selop," ujar Kepala Bagian Humas dan Pemandu Monumen Jogja Kembali, Abdul Rauf saat ditemui Kompas.com, Kamis (5/10/2017).

Abdul Rauf mengatakan, tandu yang menjadi koleksi Monumen Jogja Kembali ini asli bukan replika. Tandu ini pernah digunakan oleh Jenderal Sudirman saat bergerilya di daerah Bedoyo, Wonosari, Gunungkidul.

Tandu bersejarah tersebut merupakan pemberian dari seorang warga Wonosari.

"Ini asli dan pernah digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dari Bedoyo, Wonosari hingga Eromoko, Wonogiri. Ini tandu pertama yang digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman," kata Rauf.

Konstruksi tandu yang digunakan Jenderal Sudirman sangat sederhana, yakni terbuat dari kursi dan kayu yang diikat tali. Bagian atas kursi dibuat atap dari kain. Di bawah sisi depan diberi pijakan kaki dan kedua sisi disambung dengan kayu panjang sebagai tempat untuk mengangkat.

Baca juga: HUT TNI, Drama Kolosal Perjuangan Jenderal Sudirman Ditampilkan

"Tidak ada tandu khusus yang dirancang. Konstruksinya sangat sederhana dan spontanitas, kursi dan kayu semua diikat dengan tali, untuk atapnya menggunakan selimut," ujarnya.

Menurut Rauf, selama perang gerilya, Jenderal Sudirman sudah menghabiskan 11 tandu. Sebab jarak perjalanannya sangat jauh, dari Yogyakarta melewati Jawa Tengah, lalu pos terakhir di Pacitan, Jawa Timur. Jarak tempuhnya sekitar 1.000 km lebih.

"Jaraknya jauh dan rute yang dilewati juga sulit, jadi setiap kali tandu yang digunakan rusak maka dibuat yang baru lagi. Kurang lebih semua ada 11 tandu, sehingga memang tandu yang digunakan beliau tersimpan di beberapa tempat," tuturnya.

Menurutnya, selama perjalanan bergerilya, Panglima Besar Jenderal Sudirman tidak selamanya menggunakan tandu, pernah juga jalan kaki, naik dokar hingga mobil, tergantung situasi medan yang dilewati. Hanya saja memang dominan selama perjalanan, Jenderal Sudirman kerap menggunakan tandu.

"Ini kita ada rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman dari berangkat hingga kembali lagi ke Yogyakarta. Lokasi beliau menggunakan tandu, mobil dan dokar hingga di mana saja terjadi kontak senjata dengan Belanda di sini juga ada," katanya.

Salah satu dokar yang pernah digunakan Jenderal Sudirman juga tersimpan di Monumen Jogja Kembali. Dokar ini pernah digunakan dari Wonosari sampai Semanu.

"Dari Wonosari sampai Semanu Panglima Besar Jenderal Sudirman menggunakan dokar ini yang dinaiki bersama ajudannya Kapten Suparjo Rustam. Jarak tempuhnya sekitar 17 km," tuturnya.

Baca juga: Panglima TNI Ziarah ke Makam Soekarno, Soeharto hingga Jenderal Sudirman

Tak hanya itu, benda-benda seperti peralatan makan dan minum yang pernah digunakan oleh Jenderal Sudirman juga tersimpan baik di Monumen Jogja Kembali.

Dokumentasi kata-kata pembakar semangat yang pernah diucapkan ataupun ditulis Jenderal Sudirman, termasuk foto-foto selama bergerliya juga terpajang di Monumen Jogja Kembali.

Kompas TV Di hari ini, 30 September, pada 52 tahun lalu, lubang buaya menjadi saksi bisu peristiwa yang dikenal dengan gerakan 30 September.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com