Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marahi Bupati Lembata lewat Rekaman Suara karena Tak Dipilih Jadi Kadinas, ASN: Maaf Pernyataan Saya Tak Beretika

Kompas.com - 06/01/2022, 16:32 WIB
Pythag Kurniati

Editor

LEMBATA, KOMPAS.com- Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lembata, NTT memarahi Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dan Sekda Lembata Paskalis Tapobali melalui rekaman suara di sebuah grup WhatsApp.

ASN yang merupakan Sekretaris Dinas Kominfo Kabupaten Lembata bernama Stanis Kebesa Langoday itu kecewa lantaran tak terpilih menjadi kepala dinas.

Dia adalah salah satu peserta yang mengikuti seleksi jabatan Eselon II namun tak dipilih sebagai kepala dinas dan tak dilantik pada Rabu (5/1/2022).

Baca juga: Rekaman Suara ASN Marahi Bupati Lembata karena Tak Jadi Kadinas, Sebut Dirinya S2 dan yang Terpilih Hanya S1

Setelah rekaman suaranya menyebar dan mengagetkan publik, Stanis menyatakan permohonan maaf.

Dia mengakui pernyataannya melalui rekaman suara tersebut tidak beretika.

"Atas nama pribadi dan juga sebagai ASN, Saya dengan rendah hati memohon maaf tak terhingga kepada Bapak Bupati Lembata, Bapak Sekda, Bapak-bapak Pejabat Tinggi Pratama dan Para Administrator dalam Group Forkom, atas pernyataan saya yang tidak beretika," katanya, Kamis (6/1/2022).

Baca juga: Mengaku Kajari, Pria Ini Minta Uang Rp 1,5 Juta ke Sejumlah Pejabat di Lembata

Siap menerima sanksi

Stanis pun mengaku siap menerima sanksi atas tindakannya tersebut.

"Sekali lagi saya mohon maaf. Dan siap salah dan menerima hukuman sesuai dengan aturan yang berlaku. Sekali lagi di ruang ini saya menyatakan permohonan maaf. Salam sehat," katanya.

Penyataan Stanis itu memang berbuntut panjang.

Sekda Lembata Paskalis Tapobali mengaku akan memroses ASN tersebut.

Baca juga: PDI-P PAW Anggota DPRD Lembata yang Mesum dengan Istri Orang

Pemkab telah mengumpulkan barang bukti berupa rekaman suara maupun tulisan.

Pihaknya bahkan berencana melaporkan hal itu ke polisi.

"Tim sudah dalami dan ditemukan ada dua persoalan prinsip di sana yakni berkaitan dengan unsur pidana dan tindakan indisipliner. Unit pidana kami sedang koordinasi menyiapkan laporan polisi," kata Paskalis saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Baca juga: Satu Keluarga di Lembata Keracunan Ikan Buntal, 2 Orang Tewas

Marahi Bupati dan Sekda lewat rekaman

Protes ASN itu disampaikan melalui grup WhatsApp Forum Komunikasi AKU Lembata.

Namun rekaman suara tersebut kemudian beredar.

ASN tersebut merasa seharusnya dirinya yang terpilih lantaran jenjang pendidikan lebih tinggi.

"Masa Piter Demong yang S1, saya S2. Saya pangkat lebih besar, lalu Thomas Ola punya otak ada di mana. Jadi Piter Demung sudah dilantik jadi Kadis Kominfo, segera kasih keluar saya untuk jadi staf ka apa. Kasih keluar saya. Masa Piter Demong perintah saya," ungkap dia dalam rekaman suara yang diperoleh Kompas.com, Kamis pagi.

ASN itu pun meminta Sekda dan Bupati untuk menunjukan hasil penilaian seleksi yang membuat dirinya tidak dilantik menjadi Kepala Dinas Kominfo.

"Saya minta Pak Sekda dan Bupati tolong kasih keluar saya punya nilai. Supaya saya kalah juga kalah terhormatlah. Pak Sekda PaskalisTapobali dan Bupati Thomas Ola, saya hanya butuh nilainya. Stanis Kebesa saat lelang kemarin, nilainya paling rendah atau bagaimana," ungkapnya.

"Kalau saya nilai terendah untuk apa juga saya protes.Tapi tidak enaklah, masa orang datang, saya ini senior lalu saya sekretaris Dinas, eh, segera kasi keluar saya, saya ingatkan pa Sekda dan Pa Bupati segera kasi keluar saya jadi staf atau di mana saja,” lanjutnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Maumere, Nansianus Taris | Editor : Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com