Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Kesekian Kalinya, Taxiway Bandara Samarinda Rusak Lagi, Pesawat Terhenti dan Harus Diperbaiki

Kompas.com - 24/11/2021, 05:47 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Landasan hubung (taxiway) Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur, kembali bermasalah untuk kesekian kalinya pada Senin (23/11/2021).

Akibatnya, pesawat Citilink tujuan Jakarta mengalami stuck (terhenti) saat menuju landasan pacu (runway).

Pesawat ini terpaksa ditarik mundur ke pelataran pesawat (apron) untuk menunggu perbaikan.

"Sekitar 5 menit pesawat stuck kemudian didorong, diperbaiki baru bisa take off," ungkap Kasi Teknik dan Operasi UPBU Kelas I APT Pranoto Samarinda Dwi Muji Raharjo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/11/2021).

Baca juga: Banjir Genangi Bandara Samarinda, Warga: Mau ke Bandara, Bandaranya Hilang

Muji mengatakan, aspal taxiway mengalami lendutan yang mengakibatkan roda pesawat terhenti saat menggelinding.

"Biasa permasalahan seperti sebelumnya, lendutan sedikit saja, roda pesawat langsung terhenti," terang dia.

Sesuai jadwal, Citilink seharusnya terbang menuju Jakarta pada 13.40 Wita. Namun, karena ada masalah taxiway, pesawat baru terbang sekitar pukul 14.00 Wita.


Kejadian berulang kali 

Permasalahan retaknya taxiway Bandara APT Pranoto yang berdampak pada terganggunya penerbangan sudah terjadi berulang kali.

Sebelumnya, pada Minggu (6/10/2019), akibat taxiway, penerbangan sempat ditutup sekitar 18 jam karena keretakan di bagian aspal.

Kemudian, berlanjut pada akhir November 2019, bandara tersebut sempat ditutup sementara 26 hari karena perbaikan taxiway.

Baca juga: Penerbangan Komersial di Bandara Samarinda Dihentikan Sementara

Selama penutupan, semua penerbangan dialihkan ke Bandara Sepinggan Balikpapan.

Tak hanya itu, kerusakan kembali terjadi pada Senin (28/6/2021). Saat itu pesawat Batik Air ID 6257 tujuan Samarinda - Jakarta gagal terbang.

Berlanjut ke Oktober 2021, taxiway kembali retak hingga terbaru kerusakan kembali terjadi, Senin (23/11/2021).

Bukaan lahan dan tambang batu bara 

Menurut Muji, faktor di balik retak taxiway itu salah satunya karena bukaan lahan di sekitar bandara dan aktivitas tambang batu bara.

Hal tersebut, kata Muji, sangat berdampak ke bandara karena posisinya lebih rendah dari wilayah di sekitarnya sehingga aliran air selalu mengarah ke bandara.

"Berulang kali terjadi masalah ini karena posisi bandara lebih rendah dari wilayah sekelilingnya. Aliran air selalu mengarah ke bandara karena muka air lebih tinggi dari struktur taxiway, ya kurang bagus," terang dia.

Baca juga: Bandara Samarinda Ditutup 26 Hari, Sopir hingga Penyedia Jasa Ikut Merugi

Karena hal tersebut, Muji berharap keterlibatan pemerintah daerah melakukan penataan wilayah di sekitar bandara.

"Bukan hanya perbaiki taxiway. Perlu diperhatikan wilayah air dari luar bandara. Kanan kiri tinggi, bukaan lahan, tambang batu bara bikin air melimpah ke arah bandara. Perlu ditata kembali," harap dia.

Muji menegaskan, pihaknya selalu melakukan perbaikan rutin taxiway.

"Tapi kalau sumber masalah enggak diberesin ya jebol lagi, jebol lagi. Wilayah sekitaran bandara perlu diaturlah. Air selalu dari wilayah sekitar," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Regional
Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Regional
SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

Regional
Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Regional
Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Regional
Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Regional
Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Regional
Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Regional
Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com