NUNUKAN, KOMPAS.com – Sudah hampir empat tahun lamanya Suhardi (40) warga Desa Bambangan, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terbaring tak berdaya di kamar.
Kondisi tubuhnya juga penuh dengan bekas borok, bahkan jari kakinya ada yang tanggal akibat penyakit menahun yang dideritanya.
"Saya sakit kusta sejak anakku masih SD kelas VI, sekarang dia sudah kelas IX SMP. Biaya dan uang sekolahnya semuanya ditanggung keluarga karena kondisi saya yang seperti ini," ujar Suhardi haru, saat ditemui, Sabtu (11/6/2021).
Baca juga: 71 Warga Asmat Ditemukan Menderita Kusta, 23 di Antaranya Pasien Baru
Aroma amis tercium cukup tajam dari tubuh Suhardi. Ia mengatakan bahwa aroma tersebut tidak seberapa dibandingkan setahun lalu.
Saat itu, tubuhnya penuh nanah yang berasal dari borok akibat banyaknya bilatung yang berdiam di tubuhnya dan memperparah sakitnya.
Masyarakat di kampungnya merasa takut dan tidak ada seorang pun yang mau mendekat karena mereka menganggap penyakit Suhardi akan menular dan membahayakan mereka.
"Semua jijik dengan saya karena memang busuk badan saya. Ulat ulat bermunculan dari kaki sampai dada saya berlubang dan penuh ulat kemarin," lanjutnya.
Baca juga: Penyakit Tertua di Dunia dengan Gejala seperti Panu, Itulah Kusta
Suhardi tidak tahu kapan pertama kali terpapar kusta. Ia hanya tahu beberapa penyakit tiba-tiba datang, begitu istrinya meninggal dunia.
Mulai dari asam urat yang membuat kakinya bengkak, disusul penyakit diabetes, dan perlahan tubuhnya bernanah lalu muncul banyak borok.
"Dokter mendiagnosis penyakit saya ini lepra atau kusta," tegasnya.
Keadaan sakit Suhardi ternyata tidak membuat masyarakat sekitar bersimpati. Mayoritas justru antipati dan tidak mau berdekatan dengan keluarga Suhardi.
Banyak desas desus negatif terus berembus akibat penyakit tersebut. Bahkan keluarga sampai anak Suhardi merasakan dampak penghinaan serta perlakuan warga sekitar.
Mereka sekeluarga dikucilkan dan dibenci masyarakat di lingkungannya.
Baca juga: Viral Video Kasat Pol PP Nunukan Joget Dangdut di Tempat Karaoke, Bupati Beri Teguran
Ibu Suhardi, Hatijah, menuturkan sudah sering membawa anaknya ke RSUD Nunukan, tapi penyakit tersebut tidak kunjung sembuh.
"Semenjak sakit, sudah sekitar 17 kali dibawa ke Rumah Sakit. Syukur kami ada BPJS jadi aman saja, tapi sakitnya kambuh dan kambuh lagi," tutur Hatijah.
Demi berobat, seluruh barang barang di rumah Suhardi habis terjual, sampai lemari dan tempat tidur, semua habis tak bersisa.
Suhardi yang dulunya bekerja sebagai motoris speed boat menjual kapalnya dengan harga Rp 35 juta. Padahal kapal itu yang selama ini menghidupinya.
Sayangnya, semua usaha itu belum bisa mengembalikan kesehatan Suhardi. Ujian berat masih menghampirinya dengan adanya ancaman pengasingan oleh warga.
"Warga meminta agar anak saya dibawa saja ke hutan, dibuatkan pondok-pondok asal jauh dari pemukiman penduduk. Saya katakan, saya tidak mau, biarlah saya dimusuhi. Saya tetap akan urus anak saya, karena tidak mungkin saya tinggalkan dia dalam keadaan begini," katanya.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Nunukan Turun tapi Angka Kematian Ibu dan Anak Meningkat
Hatijah dan Suhardi hanya berusaha lebih sabar. Harta benda mereka sudah habis terjual sehingga uluran tangan dan perhatian pemerintah sangat diharapkan untuk meringankan beban mereka.
"Sementara ini, anak saya hanya minum air rebusan daun salam saja. Untuk berobat, kami sudah tidak punya uang lagi. Kami hanya berusaha semampu kami, semoga ada yang bisa memberikan bantuan untuk keadaan anak saya," harap Hatijah.
Kondisi Suhardi ternyata sudah didengar oleh Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid.
Saat dikonfirmasi atas upaya pemerintah bagi penderita kusta, Laura menjawab selama ini, petugas medis Puskesmas sudah melakukan penjangkauan dan pemantauan.
"Besok bagian Kesra saya minta ke lapangan memantau itu bersama petugas Puskesmas. Sebenarnya ada program untuk penanganan kusta di Puskesmas," jawabnya.
Baca juga: Soal Kapolres Nunukan Pukul Anggotanya, Bid Propam Polda Kaltara Pastikan Kasus Diproses Tuntas
Laura juga sudah menanyakan langsung bagaimana program pemantauan terhadap Suhardi oleh Puskesmas.
"Laporan yang saya terima memang itu pasien lama sejak 2017. Orangnya gak mau minum obat dan keluarganya juga sudah disuruh ambil obat ke Puskesmas tetap saja tidak mau. Sudah pernah dititip di Pustu, sudah bolak balik dirujuk ke RSUD juga tetap saja putus obatnya," imbuhnya.
Laura berharap, Suhardi bisa rutin mengonsumsi obat. Ia akan memastikan penanganan Suhardi lebih intensif dengan perhatian lebih dari Puskesmas setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.