BALI, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu di Bali cukup panas yakni mencapai 30-34 derajat celsius.
Prakirawati BBMKG Wilayah III Badung Kadek Setiya Wati mengatakan, warga yang sedang berada di Pulau Dewata diimbau menjaga stamina termasuk kesehatan kulit.
"Perlu menjaga kesehatan dan stamina sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit. Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih," kata Setiya Wati saat dihubungi, Jumat (22/10/2021).
Baca juga: Polemik Dana Bansos Rp 450 Miliar, Pemprov Bali: Tak Sepeser Pun Masuk ke Kas Daerah
Setiya Wati menyebutkan, berdasarkan data historis, pada periode Oktober-November, suhu udara maksimum rata-rata di Bali umumnya berada pada rentang 31-33°C.
Sejumlah warga di Bali tampak mengeluhkan cuaca panas dan gerah.
Ia memperkirakan cuaca panas dan gerah ini akan berlangsung hingga tiga hari ke depan.
"Wilayah perkotaan umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Sementara, catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Bali berada pada kisaran 58 persen - 94 persen yang termasuk berkelembapan tinggi," kata dia.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 21 Oktober 2021
Ia menjelaskan, ada dua sebab cuaca menjadi lebih panas dibanding hari biasanya.
Pertama, lantaran posisi semu tahunan matahari berada di Belahan Bumi Selatan (BBS) pada Oktober.
Akibatnya, daerah yang terletak di sebelah selatan ekuator akan mendapatkan intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan akibatnya suhu udara meningkat.
"Suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara," kata dia.
Baca juga: Demo 2 Tahun Jokowi-Maruf, Mahasiswa di Bali Serukan Cabut Revisi UU KPK dan Pecat Firli Bahuri
Ia melanjutkan, semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut.
Apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung, suasana akan lebih terasa gerah.
Kedua, faktor lain yang mempengaruhi cuaca di Bali cukup panas adalah musim peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Baca juga: WN AS Pembunuh Ibu Dalam Koper di Bali Bebas Murni 29 Oktober 2021, Akan Langsung Dideportasi
"Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas energi panas yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari," kata dia.
Meski begitu, ia mengatakan fenomena tersebut merupakan fenomena alam yang normal.
Warga yang sedang berada di Bali diminta untuk tak panik menghadapi fenomena tersebut.
"Masyarakat diminta untuk tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.