LAMPUNG, KOMPAS.com - Harga telur ayam yang terjun bebas tak terkendali membuat peternak ayam petelur menderita.
Sejumlah pedagang mengaku mengalami kerugian hingga jutaan rupiah per hari.
Sarudin, salah satu peternak di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, mengatakan bahwa kerugian yang dialaminya mencapai Rp 8 juta per hari.
"Harga telur di pasaran terlalu rendah, sedangkan harga pakan naik tinggi. Kalau seperti ini terus, bisa enggak ada (peternak) yang bertahan, enggak ketemu harganya," kata Sarudin saat dihubungi, Jumat (17/9/2021).
Baca juga: Bertemu Jokowi, Suroto Mengatakan Peternak Ingin Harga Jagung yang Wajar, Presiden Mengiyakan
Peternak di Sentra Ayam Petelur Krawang Sari ini menghitung, rata-rata per hari kerugian yang dialami peternak ayam petelur seperti dia bisa mencapai jutaan rupiah.
Dengan perhitungan sederhana, harga telur di pasaran saat ini, per kilogram mencapai Rp 15.000 - Rp 17.000, dari harga normal Rp 21.000.
Menurut Sarudin, rata-rata produksi telur per hari mencapai 2 ton.
"Dikalikan saja, sekitar Rp 8 juta ruginya," kata Sarudin.
Baca juga: Jeritan Peternak Ayam di Kendal: Ibaratnya Ayam Sekarang Makannya BPKB dan Sertifikat
Kerugian ini diperparah dengan tingginya harga pakan.
Sarudin menyebutkan, untuk pakan jagung per kilogram mencapai Rp 6.000.
"Untuk pakan jadi, harganya kisaran Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kilogram. Jadi enggak ketemu untuk ganti biaya produksi," kata Sarudin.
Baca juga: Suroto: Saya Percaya, Satu-satunya Orang yang Bisa Nolong Peternak Ya Pak Jokowi
Akibatnya, banyak peternak yang terpaksa gulung tikar.
Di Krawang Sari, menurut Sarudin, sudah ada empat peternak yang mengibarkan "bendera putih", alias menyerah dengan keadaan.
"Ada empat peternak plasma yang sudah tutup di sini," kata Sarudin.
Sarudin berharap, pemerintah bisa cepat tanggap atas masalah yang menjerat peternak ini.
Sementara itu, peternak ayam petelur dari Pringsewu, Mentari mengatakan, kerugian peternak sebenarnya bisa dikurangi jika agen membeli tanpa harga potongan.
"Sebenarnya warga mampu kok membeli telur satu kilogram Rp 20.000. Hanya karena dibiasakan jual murah dan monopoli harga, sehingga peternak yang menanggung beban produksi, apalagi sekarang minus," kata Mentari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.