Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Cerita Pergantian Nama Kusno Jadi Soekarno

Kompas.com - Diperbarui 06/06/2022, 07:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran Sukarno, presiden pertama RI.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa Sukarno lahir dengan nama Kusno. Ia lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud.

Dalam otobiografinya yang disusun Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (2011), Sukarno bercerita saat ia lahir, sang ayah, Soekemi tak mampu memanggil dukun beranak.

Kelahiran Kusno hanya dibantu seorang lelaki yang sudah tua.

"Pada waktu aku dilahirkan, tak ada seorang pun yang memelukku, kecuali seorang kakek yang amat tua," cerita Sukarno.

Baca juga: Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Soekemi Jatuh Cinta Pada Ayu Nyoman Rai

Di Mojokerto ganti nama dari Kusno menjadi Sukarno

Saat berusia 6 tahun, Sukarno yang saat itu masih bernama Kusno pindah dengan keluarganya ke Mojokerto.

Sukarno bercerita, kala itu keluarganya hidup melarat dan sering makan ubi kayu dan jagung yang ditumbuk dengan bahan makanan lain.

Terkadang sang ibu hanya bisa membeli padi, lalu menumbuknya sampai menjadi beras untuk dmakan.

Rumah yang mereka tempati terletak di tanah yang rendah dekat sungai kecil.

Baca juga: Mbok Sarinah dan Kepedihan Bung Karno Muda di Mojokerto

Presiden Soekarno sedang berpidato dalam rapat raksasa mengganyang Malaysia di Gelora Bung Karno tanggal 28 Juli 1963.IPPHOS Presiden Soekarno sedang berpidato dalam rapat raksasa mengganyang Malaysia di Gelora Bung Karno tanggal 28 Juli 1963.
Jika hujan, air akan meluap dan membanjiri rumah. Dari Desember hingga April, pekarangan mereka akan basah. Air tergenang mengandung sampah dan lumpur.

Kusno kecil pun terkena penyakit tifus. Ia mulai sakit-sakitan.

Saat usia 11 tahun, Kusno kecil pernah sakit selama dua setengah bulan. Selama itu pula, sang ayah menjaga Kusno dengan berbaring di atas lantai semen yang lembap, beralaskan tikar yang tipis dan usang.

Ia tidur tepat di bawah tempat tidur Kusno yang terbuat dari bambu untuk menjaga anak laki-lakinya.

Baca juga: Im Yang Tjoe, Sosok Penulis Pertama Riwayat Bung Karno yang Nyaris Pupus dari Ingatan Sejarah

Walaupun sudah pindah ke rumah yang lebih kering di Jalan Residen Pamuji, Kusno masih sering sakit.

Ia terkena malaria, disentri, dan penyakit lainnya. Ayahnya pun berpikir untuk mengganti nama Kusno.

Karena Soekemi menyukai kisah Mahabharata, ia pun mengganti nama Kusno dengan Karna.

"Engkau kami beri nama Karna. Karna adalah seorang pahlawan terbesar dalam Mahabharata," kenang Sukarno menirukan sang ayah.

Baca juga: Mengenal Pahlawan Nasional dari Jawa Timur, dari Bung Karno hingga HOS Tjokroaminoto

Ia mengatakan, dalam bahasa Jawa huruf "A" dibaca "O". Sedangkan awalan "Su" berarti baik, paling baik sehingga Sukarno berarti pahlawan yang baik.

Saat sekolah, Sukarno menggunakan tanda tangan yang dieja Soekarno karena mengikuti cara Belanda.

Namun, setelah Indonesia merdeka, ia memerintahkan semua "OE" ditulis kembali menjadi "U" sehingga nama Soekarno ditulis menjadi Sukarno.

Akan tetapi, Bung Karno tetap menggunakan tanda tangan dengan ejaan lama.

"Tetapi, tidak mudah bagi seseorang untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis S-O-E," cerita dia.

Baca juga: Blitar Bumi Bung Karno: Ke Haribaan Ibunda, Soekarno Pulang (Bagian 1)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa Garut M 6,5 Terasa sampai Kota Serang Banten

Gempa Garut M 6,5 Terasa sampai Kota Serang Banten

Regional
Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Regional
Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Regional
Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Regional
Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Regional
Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Regional
Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Regional
Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Regional
Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Regional
Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Regional
5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Regional
Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com