Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Saparua, Saksi Sejarah Pergerakan Kolektif Anak Muda Bandung

Kompas.com - 09/06/2021, 05:30 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Bangunan yang berada di Jalan Ambon, Bandung, Jawa Barat, ini dikenal dengan Gedung Olah Raga (GOR) Saparua.

Sesuai dengan namanya, situs cagar budaya ini sehari-hari digunakan untuk berolahraga.

Namun, bangunan ini ternyata menjadi saksi bisu perjalanan musik cadas di Bandung.

Situs cagar budaya ini melahirkan banyak band ternama seperti Koil, /rif, Burgerkill, Seringai, Jasad, dan lainnya.

Di tempat ini pula anak-anak muda Bandung membangun impian menjadi musisi.

Hal itu yang coba dirangkum oleh film dokumenter "Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua".

Lantas, seperti apa sebenarnya sejarah GOR Saparua?

Lapangan olahraga umum pertama

Kepada Kompas.com, pemerhati sejarah dari Komunitas Aleut, Ridwan Hutagalung mengatakan, dulunya lapangan tersebut merupakan lahan kosong yang sering dipergunakan sebagai tempat latihan atau upacara militer.

Pada 1910 mulai dibangun lapangan olah raga untuk publik dengan nama NIAU atau Nederlands Indie Athletiek Unie dan menjadi lapangan olahraga publik pertama di Bandung.

"Jenis olahraga yang umum dilakukan di NIAU terutama adalah atletik, cricket, baseball, dan senam massal," ujar Ridwan, Selasa (8/6/2021).

Baca juga: Film Dokumenter Gedung Saparua Tayang 15 Juni 2021

Tahun 1920-an, lapangan itu banyak digunakan warga Bandung sebagai tempat beraktivitas atau bermain anak- anak.

Lapangan NIAU juga digunakan sebagai area tambahan untuk pelaksanaan Jaarbeurs (pasar tahunan) yang biasa berlangsung sepanjang Juni-Juli setiap tahunnya.

Saat itu, di lapangan kosong Saparua tersebut didirikan panggung tempat dilangsungkannya Krontjong Concours atau semacam lomba menyanyi.

"Di sinilah Ismail Marzuki bertemu dengan calon istrinya, Euis Zuraidah, penyanyi keroncong yang pernah memenangkan salah satu event Krontjong Concours tersebut," kata Ridwan.

Lapangan Saparua pada tahun 1925-1930.Dok KITLV Lapangan Saparua pada tahun 1925-1930.

Arsitektur jengki

Ridwan menjelaskan, bangunan yang saat ini menjadi GOR Saparua didirikan pada 1961 sebagai tambahan fasilitas untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat.

Fungsi awalnya hanya untuk olahraga bulutangkis, basket dan voli.

Ketika awal dibangun, arsitekturnya menggunakan gaya jengki, yaitu suatu gaya arsitektur khas Indonesia yang terpengaruh Amerika.

Gaya jengki ini muncul tahun 1950-an dan menjadi tren sampai 1970-an.

Gaya arsitektur ini secara bertahap dirombak menjadi gaya arsitektur modern biasa seperti yang terlihat sekarang.

"Saparua ini minim informasi. Saya beberapa kali berdikusi dengan Bu Tuti (Ketua Ahli Cagar Budaya Bandung). Tiap berdiskusi kerap mentok (karena terbatasnya informasi)," ucap dia.

Baca juga: Saat Koil dan /rif Berbagi Kenangan tentang Saparua Bandung

Misalnya informasi arsitek yang membangun.

Ia menduga, arsitek bangunan tersebut satu orang.

Ridwan dan ketua Tim Cagar Budaya pernah mencoba menelusuri arsip-arsip lama, namun tidak juga menemukan.

Kini, bangunan tersebut sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2018.

"Saparua 1 dari 1.700 bangunan cagar budaya. Angka ini bisa dibilang terbanyak, karena di kota lain ada yang puluhan," kata Ridwan.

Pertunjukan kesenian

Mulai 1980-an, gedung ini cukup banyak digunakan untuk berbagai pertunjukan kesenian, seperti konser band beraliran pop, sampai ke pertunjukan pembacaan puisi oleh WS Rendra.

Lalu, pada pertengahan 1990-an, menurut Ridwan, kawasan GOR Saparua membuka sejarah baru di Bandung, yaitu di bidang musik underground.

GOR Saparua menjadi pentas bagi festival band-band independen dari berbagai aliran musik seperti punk, hardcore, grindcore, ska, hingga black metal.

Acara Gala Premier Film Dokumenter Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua di Bandung, Senin (7/6/2021).Dok RICH MUSIC Acara Gala Premier Film Dokumenter Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua di Bandung, Senin (7/6/2021).

Pertunjukan band black metal bahkan kerap diwarnai prosesi ritual memanggil arwah, lengkap dengan membakar kemenyan yang mencekam suasana.

Atraksi panggung seperti ini kerap dilakukan band dari Ujungberung, seperti di antaranya Sacriligious.

Band lainnya yang pernah manggung di GOR Saparua di antaranya PAS Band, Burgerkill, Jasad, Dajjal, Pure Saturday, Balcony, Beside Out, Forgotten, Mesin Tempur, Turtle Jr, Runtah, Sandal Jepit, dan lainnya.

Salah satu rekaman legendaris yang pernah diterbitkan dan lahir dari scene awal fenomena GOR Saparua ini adalah album kompilasi "Bandung’s Burning Vol 1" yang dirilis Riotic Records dalam bentuk rekaman kaset.

Film dokumenter

Perjalanan musik cadas itu kini dikemas dalam film dokumenter garapan Alvin Yunata.

Film ini menyoroti perjalanan komunitas musik rock dan metal di Gedung Saparua, Bandung.

Selain itu, film ini menunjukkan bahwa komunitas musik di Bandung memiliki soliditas yang kuat.

"Bahkan dengan keterbatasan, mereka bersatu menjadi sebuah komunal yang solid dan aktif berkreasi untuk menaklukan segala pandangan negatif masyarakat umum di masa lalu," ucap Alvin.

Segala tantangan dan hambatan dilewati bersama-sama untuk kemudian membesar menjadi sebuah industri.

Bagi Alvin, Gedung Saparua merupakan saksi pergerakan kolektif anak muda Bandung.

Gitaris Burgerkill, Eben mengatakan, penonton pagelaran musik di Saparua selalu membludak.

Meski kapasitas gedung 3.000 orang, jumlah penonton yang hadir bisa mencapai 7.000 orang.

Itu pun yang ada di dalam gedung. Sebab di luar gedung masih banyak antrean penonton yang tidak mendapatkan tiket masuk.

Menurut Eben, Saparua memiliki energi dan roh yang kuat.

Bagaimana ia berbagi, bermusik, dan segala hal yang membuatnya seperti sekarang, itu karena Saparua.

Setelah Saparua tak bisa lagi digunakan, ia berharap ada tempat lain yang bisa mengakomodasi semangat anak muda Bandung, khususnya dalam bermusik.

"Bandung kota musik, tapi enggak punya ruang pertunjukan yang proper," tutur dia.

Bagi yang penasaran dengan film dokumenter tentang Gedung Saparua, masyarakat bisa menontonnya mulai 15 Juni 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kota Malang Raih Penghargaan PPD Tingkat Nasional Tahun 2024

Kota Malang Raih Penghargaan PPD Tingkat Nasional Tahun 2024

Regional
Pemkot Batam Beri Uang Saku Rp 1 juta untuk Setiap Calon Haji

Pemkot Batam Beri Uang Saku Rp 1 juta untuk Setiap Calon Haji

Regional
Ketua Kadin Kota Semarang Ambil Formulir Pendaftaran Penjaringan  Pilkada di PDI-P

Ketua Kadin Kota Semarang Ambil Formulir Pendaftaran Penjaringan Pilkada di PDI-P

Regional
Pilkada Kendal, Baru Wakil Bupati yang Daftar Bakal Calon Bupati di PDIP

Pilkada Kendal, Baru Wakil Bupati yang Daftar Bakal Calon Bupati di PDIP

Regional
Pilkada 2024: Istri Mantan Bupati Maluku Tengah Daftar Bacabup di Partai NasDem

Pilkada 2024: Istri Mantan Bupati Maluku Tengah Daftar Bacabup di Partai NasDem

Regional
Habis Nonton Kuda Lumping, Warga di Temanggung Diserang 17 Pelajar, Dikira Anggota Geng Lawan

Habis Nonton Kuda Lumping, Warga di Temanggung Diserang 17 Pelajar, Dikira Anggota Geng Lawan

Regional
Tim Hotman 911 Dampingi Keluarga Warga Aceh yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Tim Hotman 911 Dampingi Keluarga Warga Aceh yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Regional
Kisah Rusdianto 13 Tahun Jadi Relawan Tagana, Tak Hiraukan Gaji Kecil yang Penting Membantu

Kisah Rusdianto 13 Tahun Jadi Relawan Tagana, Tak Hiraukan Gaji Kecil yang Penting Membantu

Regional
Gangster Bersenjata Tajam Serang Warga Cilegon Banten, Dikejar Polisi

Gangster Bersenjata Tajam Serang Warga Cilegon Banten, Dikejar Polisi

Regional
Jembatan Sungai Babon Diperbaiki, Rekayasa Lalu Lintas di Jalur Pantura Semarang-Demak Disiapkan

Jembatan Sungai Babon Diperbaiki, Rekayasa Lalu Lintas di Jalur Pantura Semarang-Demak Disiapkan

Regional
Promo Judi 'Online' di IG Rp 1 Juta Per Posting, 3 Pemuda Dibekuk

Promo Judi "Online" di IG Rp 1 Juta Per Posting, 3 Pemuda Dibekuk

Regional
Banjir Kiriman Malaysia Mulai Rendam Desa di Nunukan, Sejumlah Sekolah Terdampak

Banjir Kiriman Malaysia Mulai Rendam Desa di Nunukan, Sejumlah Sekolah Terdampak

Regional
DPC PDI-P Kebumen Buka Pendaftaran Cabup-Cawabup, 3 Tokoh Mendaftar, Salah Satunya Bupati Kebumen

DPC PDI-P Kebumen Buka Pendaftaran Cabup-Cawabup, 3 Tokoh Mendaftar, Salah Satunya Bupati Kebumen

Regional
Anak Kecil Temukan Mayat di Sungai Cilacap, Awalnya Dikira Boneka

Anak Kecil Temukan Mayat di Sungai Cilacap, Awalnya Dikira Boneka

Regional
Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se-Indonesia Gelar Aksi Bela Palestina, Mahasiswa hingga Dosen Turun ke Jalan

Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se-Indonesia Gelar Aksi Bela Palestina, Mahasiswa hingga Dosen Turun ke Jalan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com