JAYAPURA, KOMPAS.com - Situasi keamanan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, mendadak tidak kondusif setelah kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker melakukan aksi brutal di lokasi tersebut.
Tindakan kejam KKB itu menyebabkan dua orang guru tewas tertembak.
Tak hanya itu, sejumlah bangunan sekolah hangus dibakar oleh KKB.
Kini masyarakat dihantui ketakutan, karena KKB yang sebenarnya bermarkas di Kabupaten Intan Jaya tersebut masih berada di kawasan Beoga.
Baca juga: Bergulat hingga Tercebur Sungai, Polisi dan Tersangka Hilang Terbawa Arus
"Situasi masih mencekam, tadi pagi masih ada bunyi tembakan dua kali," ujar Eni (bukan nama sebenarnya) salah satu warga Beoga saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (10/4/2021).
Eni mengatakan, saat ini dia dengan 13 warga lainnya tengah bersembunyi di sebuah tempat yang dirahasiakan.
Eni yang ketakutan berharap bisa segera meninggalkan Beoga, karena situasi di lokasi tersebut sama sekali tidak kondusif.
"Kita semua mau turun ke Timika. Kalau memungkinkan ada pesawat masuk, kita semua mau turun, tidak mau tinggal di sini karena sudah dua masyarakat sipil yang jadi korban," kata dia.
Baca juga: 2 Guru Tewas Ditembak, 3 Sekolah Dibakar dan 1 Kepsek Sempat Diculik KKB, Ini Faktanya
Eni yang merupakan masyarakat pendatang dan bekerja di sebuah fasilitas umum di Beoga, menyebut, kedua jenazah korban yang ditembak KKB sejauh ini masih berada di Puskesmas dan diurus oleh seorang dokter.
Ia pun mengaku sedih karena situasi di Beoga mendadak berubah drastis akibat kehadiran KKB.
"Sebelumnya tidak pernah ada penembakan. Cuma memang satu atau dua minggu yang lalu di sini ada perang saudara. Kalau penembakan KKB belum pernah ada," kata Eni.
Warga bersembunyi
Sejumlah warga saat ini masih bersembunyi dan berharap ada petugas keamanan yang bisa mengevakuasi.
"Masih tetap siaga karena pesawat masih belum bisa masuk sampai sekarang. Ini sudah jam 11.30 WIT masih belum ada pesawat yang masuk," kata dia.
Aparat keamanan diharapkan bisa segera menetralisir keadaan di Beoga, karena persediaan makanan yang dimiliki Eni bersama 13 orang lainnya makin menipis.
Di tempat Eni bersembunyi juga terdapat seorang bayi dan dua balita.
"Makanan hanya seadaanya, tinggal mi instan, biskuit," kata dia.
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri memastikan, saat ini aparat keamanan gabungan tengah berusaha masuk ke Beoga.
Menurut dia, aparat keamanan akan berusaha mengevakuasi masyarakat pendatang di Beoga ke Intan Jaya.
"Tadi malam kami berusaha mengumpulkan masyarakat pendatang di Koramil dan kita sedang berusaha menggeser tambahan kekuatan ke Beoga untuk bisa mengungsikan para pendatang yang sudah dikumpulkan di Koramil Beoga. Kita akan bawa keluar ke Sugapa," kata Fakhiri di Jayapura, Sabtu.
Menurut dia, Sugapa dipilih untuk menjadi tempat evakuasi karena jarak yang lebih dekat dibanding ke Ilaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.