KOMPAS.com - Loro Blonyo adalah patung sepasang pengantin yang duduk bersila dan sering dijumpai di pesta pernikahan.
Sejarah mencatat, patung Loro Blonyo ada sejak masa kepemimpinan Sultan Agung di Kerajaan Mataram pada tahun 1476.
Patung pengantin perempuan adalah simbol dari Dewi Sri yang dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.
Baca juga: Asal-usul Tugu Lilin Solo, Tonggak Sejarah Pergerakan Kemerdekaan
Patung tersebut menggunakan pakaian khas Jawa dengan hiasan paes di dahi serta rambut tergelung dengan mahkota atas menggunakan sunduk mentu;
Untuk posisi kakinya timpuh (sikap hormat) dengan bagian telapak dan jari kanan kiri terlihat.
Sementara patung pengantin lelaki adalah simbol dari Dewa Wisnu. Patung tersebut menggunakan kuluk kanigara, tutup kelapa para raja berwarna hitam denan garis kuning yang melingkar menggunakan stagen dan sabuk.
Posisi tangan ngapurancanang (kedua tangan diletakkan di atas pusar) serta posisi kaki bersila dengan telapak jari kaki diperlihatkan.
Karena serasi, mereka dibuatkan patung dengan nama Loro Bronyo yang menjadi simbol kemakmuran serta keturunan.
Baca juga: Menilik Asal-usul Nama Kampung di Yogyakarta
Batara Guru pun jatuh cinta pada Terno Dumilah yang disebut sebagai Dewi Sri.
Sang dewi menolak cinta Batara Guru dengan mengajukan tiga syarat yang tak bisa dipenuhi oleh Batara Guru.
Sang Batara Guru pun marah dan ia merasa ada dewa lain yang menghalangi cintanya pada Dewi Sri. Ia pun megutus Kala Gumarang untuk menyelidikinya.
Baca juga: Asal-usul Makassar, Dulu Ujung Pandang dan Cerita Lelaki Beserban Hijau di Pantai Tallo
Seperti Batara Guru, Kala Gumarang pun jatuh cinta pada Dewi Sri dan ia mengejar kemanan pun sang dewei pergi.
Sang dewi yang marah mengutuk Kala Gumarang menjadi babi. Bahkan ia teta mengejar sang dewi ke bumi.
Di tempat Dewi Sri tinggal tumbuhkan tanaman padi dan tumbuhan lain yang memancarkan cahaya kemilau.
Baca juga: Asal-usul Kintamani, Anjing Purba Asli dari Bali, Ada Sejak 3.000 Tahun Silam
Melihat cahaya kemilau, Prabu Mangkukuhan dari Kerajaan Medang pun jatuh cinta pada sang dewi.
Prabu Mangkukuhan adalah jelmaan manunggal Batara Wisnu dan ia pun mengambil Dewi Sri sebagai istri. Batara Wisnu yang mawujud Prabu Mangkukuhan juga dikenal dengan nama Raden Sadana
Sementara itu rakyat memanfaatkan tanaman padi yang ditinggalkan Dewi Sri dan merawatnya dari ancaman babi.
Baca juga: Asal-usul Tasikmalaya Sang Mutiara dari Priangan Timur, Letusan Gunung Galunggung
Mitologi Jawa dan Nusantara menyebut Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.
Sementara pasangannya Raden Sadana adalah pengejawantahan Dewa Wisnu dikenal sebagai pemelihara kelestarian alam semesta.
Keduanya merupakan suami-istri abadi yang menyandang misi ke dunia untuk menolong manusia menggapai kesejahteraan hidup.
Baca juga: Asal-usul Sawahlunto Kota Tambang Batu Bara, Kisah Orang Rantai dan Lubang Mbah Suro
Namun cinta mereka tak direstui karena sekandung. Sadana yang putus asa lalu bunuh diri dan berharap ia reinkarnasi menjadi manusia hingga bisa menikah dengan Dewi Sri.
Mengetahui Sadana bunuh diri, Dewi Sri hidup mengembara dan dikejar oleh Bathara Kala.
Dewi Sri kemudian ditolong oleh seorang petani dan sebagai ucapan terima kasih, dengan kesaktiannya Dewi Seri memberi hasil melimpah pada petani.
Untuk membalas kebaikan Dewi Sri, para petani pun membuat patung Dewi Sri dan Raden Sadana dalam bentuk patung pengantin yang berdampingan.
Dalam rumah joglo milik kaum priyayi tersebut, patung Loro Blonyo diletakkan di sentong atau bagian rumah tengah. Bagian ini dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri.
Dalam perkembangan zaman, patung Loro Blonyo yang berasal dari zaman Jawa kuno, ternyata masih hadir di rumah-rumah masyarakat Jawa di zaman modern saat ini.
Patung Loro Blonyo menjadi representasi pemilik rumah yang biasanya ditempatkan di luar kamar pribadi misalnya di ruang tamu atau ruang keluarga sebagai aksesoris interior ruangan.
Baca juga: Asal-usul Manggarai, Pusat Perbudakan Perempuan di Batavia
Djoko Diyanto, dosen arkeologi UGM, menuturkan bahwa patung Loro Blonyo merupakan sebuah simbol harapan.
Patung tersebut tak lagi menjadi penanda wilayah pribadi suami istri, namun menjadi simbol bahwa sang pemilik rumah sudah memiliki keluarga.
Loro Blonyo juga dipercaya dapat menimbulkan aura positif didalam rumah sehingga keharmonisan kehidupan rumah tangga tetap terjaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.