Keputusan pemerintahan AKP membatasi penjualan dan konsumsi minuman beralkohol menjadi salah satu hal yang mulai membuat cemas komunitas sekuler di Turki saat ini.
Aksi protes terhadap rencana alih fungsi Taman Gezi di kompleks Alun-alun Taksim dimanfaatkan sebagai pintu masuk bagi berbagai kelompok di Turki untuk mengungkapkan kecemasan atas masa depan mereka di bawah kekuasaan AKP.
AKP berkuasa di Turki sejak tahun 2002. Kekuatan AKP berpijak pada keberhasilan pembangunan ekonomi di Turki selama 10 tahun terakhir ini.
PM Erdogan dan AKP tidak mau mundur selangkah pun menghadapi gerakan massa yang menuntut mereka mundur. Bahkan, biro politik AKP memutuskan akan menurunkan massanya di Istanbul dan Ankara, Sabtu mendatang, untuk mendukung Erdogan.
PM Erdogan sendiri, di depan massa pendukungnya di Ankara, Minggu, menyebut para pengunjuk rasa di Alun-alun Taksim ”pengecut dan pencuri”.
Erdogan menambahkan, hanya 5 persen dari seluruh pengunjuk rasa di Alun-alun Taksim yang punya niat baik. Sementara 95 persen lainnya ia sebut bahkan belum pernah mendengar nama Taman Gezi sepanjang hidup mereka. Namun, mereka telah membakar toko, memblokade jalan, dan menyerang aparat keamanan dengan mengatasnamakan taman itu.
Erdogan lalu mengatakan, para pengunjuk rasa itu perlu mendapat ”pendidikan baru”. PM Turki tersebut menegaskan sudah cukup bersabar selama ini, tetapi kesabaran itu ada batasnya.
Erdogan menambahkan, mereka perlu mendapat pelajaran pada pemilu lokal dan presiden tahun depan.
Beberapa pengamat di Turki mulai cemas akan masa depan Turki, terutama di sektor ekonomi, dengan sikap pemerintah dan massa anti-Erdogan di Alun- alun Taksim yang sama-sama tidak mau kompromi.
Di beberapa kota lain di Turki, demonstrasi antipemerintah juga digelar. Bahkan, di Ankara, aksi protes sempat berubah rusuh, memaksa polisi menembakkan gas air mata dalam aksi yang terjadi tidak jauh dari lokasi Erdogan berpidato.