Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Erdogan Dicaci Maki

Kompas.com - 11/06/2013, 02:50 WIB

Istanbul, Kompas - Para pengunjuk rasa dari berbagai faksi politik dan organisasi kemasyarakatan yang berjubel di Alun-alun Taksim, Istanbul, menyerukan agar Turki kembali ke garis hidup Kemal Ataturk, pendiri Turki modern.

Mustafa Kemal Ataturk adalah ”Bapak Turki Modern” yang mendirikan negara Turki pada tahun 1923 setelah keruntuhan Kesultanan Ottoman. Kemal Ataturk meletakkan garis hidup sekuler di negara itu.

Sebagian dari para pengunjuk rasa, yang bertahan di Alun-alun Taksim hingga Senin (10/6) dini hari waktu setempat, membawa poster bergambar Kemal Ataturk. Tak sedikit pula yang mengenakan kaus berwarna merah bergambar pendiri Turki modern itu.

Berada di alun-alun itu, di tengah berjubelnya para pengunjuk rasa, seakan merasakan Kemal Ataturk hidup kembali. Mereka berteriak-teriak menyebut nama Kemal Ataturk. Sebaliknya, mereka mencaci maki PM Recep Tayyip Erdogan.

Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Istanbul, Turki.

”Erdogan mundur! Erdogan antek Amerika dan NATO!” teriak sejumlah pengunjuk rasa. ”Kami minta Kemal Ataturk jangan dikhianati!” teriak sebagian pengunjuk rasa lain.

Di Alun-alun Taksim kini sangat mudah ditemukan gambar Kemal Ataturk yang dipasang di sejumlah sudut. Para pengunjuk rasa juga sudah menguasai penuh alun-alun tersebut. Tak terlihat lagi aparat keamanan di tempat tersebut.

Gubernur Istanbul Husayin Avni Mutlu telah mencapai kesepakatan dengan para pengunjuk rasa untuk membebaskan wisatawan dan warga umum turut menggunakan Alun-alun Taksim. Kemah-kemah para pengunjuk rasa hanya didirikan di dalam kawasan Taman Gezi, tanpa meluas ke area lain di Alun-alun Taksim.

”Saya akan bertahan di sini sampai Erdogan memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa,” kata Azat ve Emre (21), yang mengaku sebagai pelajar kepada Kompas di depan kemahnya di Taman Gezi. ”Saya datang kesini dari kota Adana dan saya sekarang hidup di kemah ini,” katanya.

Banyak warga Turki akhir- akhir ini mulai merasa khawatir dengan bercokolnya Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan PM Erdogan di puncak kekuasaan cukup lama. Mereka khawatir partai itu akan mengubah secara perlahan model hidup di Turki dari model sekuler ke Islamis.

Keputusan pemerintahan AKP membatasi penjualan dan konsumsi minuman beralkohol menjadi salah satu hal yang mulai membuat cemas komunitas sekuler di Turki saat ini.

Pintu masuk

Aksi protes terhadap rencana alih fungsi Taman Gezi di kompleks Alun-alun Taksim dimanfaatkan sebagai pintu masuk bagi berbagai kelompok di Turki untuk mengungkapkan kecemasan atas masa depan mereka di bawah kekuasaan AKP.

AKP berkuasa di Turki sejak tahun 2002. Kekuatan AKP berpijak pada keberhasilan pembangunan ekonomi di Turki selama 10 tahun terakhir ini.

PM Erdogan dan AKP tidak mau mundur selangkah pun menghadapi gerakan massa yang menuntut mereka mundur. Bahkan, biro politik AKP memutuskan akan menurunkan massanya di Istanbul dan Ankara, Sabtu mendatang, untuk mendukung Erdogan.

PM Erdogan sendiri, di depan massa pendukungnya di Ankara, Minggu, menyebut para pengunjuk rasa di Alun-alun Taksim ”pengecut dan pencuri”.

Erdogan menambahkan, hanya 5 persen dari seluruh pengunjuk rasa di Alun-alun Taksim yang punya niat baik. Sementara 95 persen lainnya ia sebut bahkan belum pernah mendengar nama Taman Gezi sepanjang hidup mereka. Namun, mereka telah membakar toko, memblokade jalan, dan menyerang aparat keamanan dengan mengatasnamakan taman itu.

Erdogan lalu mengatakan, para pengunjuk rasa itu perlu mendapat ”pendidikan baru”. PM Turki tersebut menegaskan sudah cukup bersabar selama ini, tetapi kesabaran itu ada batasnya.

Erdogan menambahkan, mereka perlu mendapat pelajaran pada pemilu lokal dan presiden tahun depan.

Beberapa pengamat di Turki mulai cemas akan masa depan Turki, terutama di sektor ekonomi, dengan sikap pemerintah dan massa anti-Erdogan di Alun- alun Taksim yang sama-sama tidak mau kompromi.

Di beberapa kota lain di Turki, demonstrasi antipemerintah juga digelar. Bahkan, di Ankara, aksi protes sempat berubah rusuh, memaksa polisi menembakkan gas air mata dalam aksi yang terjadi tidak jauh dari lokasi Erdogan berpidato.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com