Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhenti Merokok Sebelum Terlambat

Kompas.com - 09/06/2013, 02:15 WIB

Keinginan merokok sempat muncul lagi. Namun, ketika ia mencoba mengisapnya justru rasa mual yang datang. Keinginan itu kemudian dialihkannya dengan cara yang dianjurkan terapis. Misalnya, memplester sebutir beras di daun telinga, terutama pada tulang rawan kedua terluar, atau langsung memijit bagian itu. Cara lain adalah dengan menjepretkan karet gelang di pergelangan tangan atau makan buah berdaging putih, seperti apel, pir, dan pisang yang mengandung kalium tinggi dan dapat menetralkan efek negatif nikotin.

Bantuan teknologi

CEO S Clinic Tatat Rahmita Utami mengungkapkan, ia membuka S Clinic untuk membantu mereka yang ingin berhenti merokok dengan memanfaatkan teknologi LLLT dan tanpa obat-obatan. Klinik ini didampingi Rumah Bebas Nikotin untuk kampanye berhenti merokok dan membantu pasien paru kurang mampu.

Menurut dia, kebanyakan orang sebenarnya mengetahui bahwa merokok membawa dampak negatif pada kesehatan. Namun, mereka mengabaikannya dan enggan berhenti karena tidak bisa melepaskan diri dari ketagihan nikotin rokok. ”Sebanyak 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Kami ingin membantu mereka yang ingin hidup lebih sehat,” kata Tatat di S Clinic di Darmawangsa Square, Jakarta Selatan, Rabu (5/6).

Hal ini diakui Taufik. Setelah enam bulan berhenti, ia mulai kembali merokok karena ingin kembali merasakan nikmatnya sensasi merokok. Ketika ditawari mencoba LLLT, ia menolak karena memang belum berniat berhenti total merokok meski porsi merokoknya kini berkurang menjadi setengah bungkus per hari.

Orangtua Taufik adalah perokok. Ayahnya meninggal pada tahun 2010 karena sakit jantung. Ibunya hingga kini masih merokok. ”Semuanya tergantung niat. Kalau sudah cukup kuat, mungkin tidak pakai bantuan juga bisa berhenti sendiri. Kalau saya, memang belum ingin stop total,” kata Taufik yang berprofesi sebagai fotografer.

Fisioterapis dan ahli LLLT dari Australia, Philip Gabel, mengungkapkan, kerja laser ini ketika ditembakkan ke kulit menyerupai sinar matahari yang mengenai tumbuhan dan menyebabkan fotosintesis. Laser tingkat rendah yang mengenai sel dan jaringan akan berubah menjadi energi biokimia yang memperbaiki kerusakan sel. Sinar ini juga mengalir ke seluruh tubuh dan sel-sel otak bersama aliran darah. Otak terbantu untuk mengatur kembali kerja hormon dan enzim termasuk mengendalikan keinginan merokok.

”Nikotin membuat struktur biokimia otak berubah dan LLLT mengembalikan struktur itu seperti sebelum kecanduan nikotin,” kata Philip.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com