Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegemilangan Tembakau Deli yang Memudar

Kompas.com - 20/03/2013, 02:54 WIB

Tahun ini perusahaan menargetkan produksi dan penjualan sebanyak 1.650 bal tembakau untuk tembakau kualitas 1. Satu bal berisi sekitar 70 kilogram tembakau. Harga jualnya rata-rata 39,8 euro per kilogram atau Rp 500.000 per kilogram. Satu kilogram berisi 12 ikat daun tembakau, masing-masing berisi 40 lembar. ”Selama ini permintaan pasar belum terpenuhi,” kata Taufan.

Berbagai langkah efisiensi dilakukan perusahaan untuk memenuhi target itu dan meminimalkan kerugian. Di antaranya dengan memindahkan pelelangan tembakau tidak lagi di Bremen, Jerman, tetapi di Kebun Tandem, Binjai, Sumut, untuk menghemat biaya dan menaikkan posisi tawar perusahaan. Selain itu, penanaman yang selama ini dilakukan sekali dalam setahun dinaikkan menjadi dua kali setahun untuk tidak menambah tenaga kerja.

Perusahaan juga menjual tembakau kualitas 2 ke Malaysia, Denmark, dan Jerman. Adapun kualitas 3 dijual ke Amerika Serikat. Tembakau kualitas 3 bukan digunakan untuk cerutu, melainkan untuk tembakau suntil atau kunyah.

Lebih dari seratus tahun berjaya, tembakau deli kini tinggal sisa. Warisan yang sangat terlihat dari pembukaan lahan oleh tembakau di Kota Medan adalah tata kota Medan yang mengikuti letak kebun tembakau, seperti di Padang Bulan, Tanjung Sari, Polonia, Sei Sikambing, hingga Pancing. Penamaan jalan di kawasan itu menggunakan nama pasar 1, 2, 3, dan seterusnya yang mengacu pada jalan di perkebunan tembakau karena kawasan itu dahulu adalah perkebunan tembakau. Pasar yang berarti jalan tetap menjadi jalan dengan nama pasar 1, 2, 3, dan seterusnya dan lahan tembakau menjadi permukiman.

Penamaan wilayah juga tetap mengacu pada investasi asing yang pernah ada di Medan seperti Polonia dari Polandia, Mareland dari Maryland, Helvetia dari Confoederatio Helvetica atau negara Swiss. ”Namun, banyak orang yang sudah tidak mengenalnya lagi,” tutur Tobing. Sejarah itu masih bisa dibaca....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com