Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegemilangan Tembakau Deli yang Memudar

Kompas.com - 20/03/2013, 02:54 WIB

”Tembakau membuat Medan tumbuh dengan kebudayaan Eropa di dalamnya,” tutur sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Ichwan Azhari. Pertumbuhan kota memberikan dampak bagi daerah sekitarnya. Kabupaten Karo, misalnya, tumbuh menjadi sentra pertanian yang menghasilkan wortel, kacang arcis, tomat, kol, brokoli, dan berbagai sayuran, sesuai kebutuhan orang Eropa di Medan. Usahawan itu bahkan mengangkut masyarakat Bengali dari India ke Medan bersama sapinya untuk memenuhi kebutuhan mereka akan susu.

Namun, ternyata tembakau hanya cocok ditanam di sekitar Medan dan Langkat. Sejumlah perkebunan bangkrut karena mendapatkan lahan yang tidak cocok.

Tahun 1914, jumlah kebun turun menjadi 101. Tahun 1930, jumlahnya mengecil menjadi 72 kebun. Pengusaha mulai berinvestasi di tanaman lain.

Saat perkebunan tembakau dinasionalisasi tahun 1957, tinggal dua perusahaan yang bertahan, yakni Deli Maatschappij dengan 16 kebun dan Senembah Maatschappij dengan 6 kebun. Kebun itu kemudian disatukan dalam PTPN IX tahun 1965 dengan konsesi seluas 59.000 hektar antara Sei (sungai) Wampu di Langkat dan Sei Ular di Deli Serdang. Lahan juga mulai ditanami tidak hanya tembakau, tetapi juga tanaman lain sambil menunggu rotasi penanaman tembakau enam tahunan.

Perawatan yang rumit sementara investasi lain lebih menjanjikan diduga menjadi penyebab mundurnya industri ini. Selain itu, produsen tidak bisa menentukan harga karena sistem lelang dalam penjualan.

”Merawat tembakau itu seperti merawat bayi,” tutur Kepala Dinas Tanaman Tembakau Kebun Klumpang PTPN II Pahala NL Tobing. Tanaman tidak bisa ditinggalkan sejak pembibitan hingga pemanenan selama sekitar 85 hari.

Sementara tahap pascapanen hingga siap diekspor membutuhkan lebih dari 20 tahap selama satu tahun. Semua dilakukan secara alami dan manual dengan tenaga manusia.

Kebun ditutup

Saat PTPN IX digabung dengan PTPN II tahun 1996, tinggal 12 kebun yang dimiliki perusahaan itu. Sejak tahun 2000, banyak kebun ditutup karena kondisi perkebunan yang terus merugi. Tahun ini, hanya tiga kebun tembakau yang masih eksis, yakni Kebun Helvetia, Klumpang, dan Buluh China, dengan total luas hanya 700 ladang atau sekitar 560 hektar.

Menurut Manajer SBU Tembakau PTPN II Taufan Saputra, meskipun terus merugi, perkebunan tak ditutup karena tembakau deli adalah tanaman heritage dan bernilai historis. Kerugian terjadi karena biaya produksi yang tinggi akibat beban tenaga kerja yang besar. Sementara perusahaan tidak bisa menentukan harga jual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com