Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pastikan TNI Tewas, GPK Tembak di Kepala

Kompas.com - 26/02/2013, 16:52 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyerangan yang dilakukan gerakan pengacau kemanan (GPK) terhadap anggota TNI di Puncak Jaya, Papua, 21 Februari 2013, tergolong sadis. Kelompok yang diduga separatis tersebut memastikan prajurit TNI sudah tewas atau belum dengan menembaknya berkali-kali.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menjelaskan, insiden itu terjadi beriringan di dua titik yang berbeda. Pukul 09.30 WIB, sebuah Pos Maleo Yonif 753/AVT di Distrik Tinggi Nambut Puncak Jaya diserang. Sebanyak 9 prajurit TNI dan 15 anggota Brimob diberondong GPK setelah kedatangan seorang warga lokal yang dicurigai bernama Wani Tabuni.

"Pratu Wahyu Prabowo kena tembakan di dada kiri menyebabkan dia gugur di lokasi kejadian. Korban kedua Lettu Inf Reza Gita Armena luka tembak di sebelah kiri," ujar Iskandar di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Selang satu jam kemudian, pada pukul 10.30 WIB, penyerangan kembali terjadi di titik yang berbeda, yakni di Koramil Sinak Kodim 1714 Puncak Jaya. Kala itu, prajurit TNI diserang saat tengah berjalan kaki ke Bandara Sinak untuk melengkapi pasukannya dengan peralatan komunikasi. Penyerang menggunakan senjata api laras panjang, laras pendek, dan senjata tajam.

"Untuk memastikan, mereka mendatangi TNI yang terluka dan menembak kepalanya satu-satu pakai senjata laras pendek. Ada juga yang dibacok untuk memastikan dia tewas," ujarnya.

Tujuh prajurit TNI yang gugur dalam insiden itu adalah Sertu M Udin, Sertu Frans Hera, Sertu Ramadhan Amang, Sertu Edi Julian, Praka Jojo Wihardjo, Praka Wemprit, dan Pratu Mustofa. Tiga sipil turut meninggal.

Iskandar mengatakan, berdasarkan data dari intelijennya, terdapat tiga kelompok kekuatan separatis yang bercokol di Puncak Jaya, Papua, yakni Kelompok Tabuni, kelompok Yambi, dan kelompok Murib. Kelompok itu memiliki kekuatan antara 100 dan 150 orang dengan senjata laras panjang, laras pendek, dan senjata tajam.

Iskandar mengatakan, hingga kini pihaknya belum bisa mengidentifikasi kelompok penyerang itu. Namun, Iskandar memastikan, penyerangan itu dilakukan oleh GPK. Sesuai dengan rapat koordinasi antarlembaga kemanan, yakni TNI, Polri, dan Badan Intelijen Negara, bersama Presiden, lanjut Iskandar, kasus tersebut tetap ditangani oleh pihak kepolisian. Adapun TNI tetap membantu proses pemulihan keamanan di dua titik penyerangan tersebut.

"Harus polisi yang menangkapnya, sesuai undang-undang. Kita negara hukum, TNI tidak mau menerobos itu. Kecuali berubah status, dari tertib sipil menjadi darurat militer," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com