Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Partai Bimbo atau Tidak Sama Sekali

Kompas.com - 13/02/2013, 17:30 WIB
Cornelius Helmy Herlambang

Penulis

Golput menjadi salah satu fenomena kesadaran politik masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap pesta demokrasi. Bagi mereka yang tidak puas dengan kinerja calon yang ada, golput sepertinya menjadi pilihan utama.

Tidak ada yang bisa melarang, karena undang-undang melindungi hak setiap warga negara. Pemilihan umum di Thailand bahkan menyediakan bilik khusus bagi mereka yang golput.

Matdon (47), warga Cijerah, Kota Bandung, tidak menyangka bakal didatangi petugas hansip di sekitar tempat tinggalnya. Sembari membawa kotak suara, petugas hansip meminta Matdon untuk menentukan pilihannya dalam pilkada Jabar 2008.

"Meskipun sudah yakin tidak akan memilih, saya sudah ada rencana ke tempat pemungutan suara tapi telanjur sudah didatangi hansip duluan. Tidak ada yang saya pilih, karena saya coblos tiga calon yang maju," kata Matdon.

Bagi Matdon, golput adalah pilihan yang diambil sejak 21 tahun lalu. Terakhir, ia menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden 1992. Alasannya, ia belum yakin pilgub atau pilpres mampu sejahterakan masyarakat.

Niat baik rakyat untuk menyukseskan pilgub dan pilpres seringkali dibalas tingkah laku kepala daerah atau kepala negara yang memalukan. Beberapa tersangkut korupsi dan banyak pimpinan pemerintahan alpa memerhatikan kepentingan masyarakat.

Matdon mengklaim dirinya sebagai golput aktif. Meski tidak memilih, ia tapi tetap datang ke TPS (tempat pemungutan suara). Tujuannya mencegah penyalahgunaan hak suara miliknya. Golput juga tidak membuatnya berpangku tangan.

Ia memilih aktif dalam Yayasan Pendidikan Islam Ratnawiyah Asyikin. Yayasan ini memberikan pendidikan anak lewat taman pendidikan Al Quran dan taman kanak-kanak di Bandung. Ia juga ikut membesarkan dunia sastra Indonesia dan Sunda, melalui komunitas Majelis Sastra Bandung yang dirintisnya.

"Saya tidak pernah mengajak masyarakat lain untuk golput. Ini murni keinginan saya sendiri, karena yakin kesejahteraan masyarakat Indonesia tidak akan terwujud bila sekedar mengandalkan Pilgub atau Pilpres," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com