Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Partai Bimbo atau Tidak Sama Sekali

Kompas.com - 13/02/2013, 17:30 WIB
Cornelius Helmy Herlambang

Penulis

KOMPAS.com - Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008, bisa menjadi momen bersejarah bagi kelompok musik kakak beradik, Bimbo.

Untuk pertama kalinya, tiga personel Bimbo, yaitu Sam (71), Acil (70), dan Jaka (66), akan menggunakan hak pilihnya. Kelompok musik asal Bandung itu tidak sabar melihat sosok yang pantas untuk mengatasi banyak masalah kronis di Jabar.

"Kami menamakan diri sebagai Partai Bimbo dan mendukung pasangan Rieke-Teten. Kami pilih Rieke-Teten karena yakin mereka bisa berjuang untuk buruh, pekerja, dan membe rantas korupsi," ujar Acil, seusai menghadiri Rapat Paripurna Terbatas di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jabar, Rabu (7/2/2013).

Dalam kesempatan itu, lima pasang calon gubernur Jabar menyampaikan visi misi secara resmi untuk pertama kalinya.

Pilkada Jabarr digelar 24 Febuari 2013, diikuti pasangan Dikdik Mulyana Arif-Cecep Nana Suryana Toyib, Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim, Dede Yusuf Macan Effendi-Lex Laksamana, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, dan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki.

Acil mengatakan, semua personel Bimbo selama ini belum pernah menggunakan hak pilih atau sekedar terlibat kegiatan partai politik. Persinggungan dengan pilkada paling banter hanya saat diundang menyanyi oleh pasangan terpilih.

"Datang kalau diundang ngamen saja," kata Acil.

Acil mengatakan, tidak mudah bagi Bimbo untuk akhirnya menggunakan hak pilihnya. Selain lewat hubungan personal yang terjalin lebih dulu, beberapa kali pertemuan dengan Rieke-Teten, akhirnya tercapai kesepakatan untuk tidak lelah menghadapi tantangan yang ada, lewat konsep yang jelas dan terarah.

Sam mengharapkan pilihan Bimbo ini ikut meningkatkan keinginan masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam Pilgub Jabar 2013. Tanpa bermaksud meminta mendukung untuk calon tertentu, Sam mengharapkan semua pilihan yang diambil harus bertanggungjawab, dan diyakini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jabar.

"Kami sebagai warga negara tidak bisa tinggal diam, melihat para pemimpin yang akal-akalan kemudian kehilangan akal atau merasa berhasil dengan basa-basi," ujar Sam, diamini si bungsu, Jaka Bimbo.

Komitmen Bimbo seperti memuluskan harapan Komisi Pemilihan Umum Jabar. Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat menyebutkan sebanyak 32.263.397 orang dari total penduduk Jabar sekitar 46 juta jiwa, memiliki hak pilih dalam Pilgub Jabar 2013 yang menelan uang rakyat Rp 1,4 triliun. Jumlah itu setara 750 kilometer jalan anyar atau 14.000 ruang kelas baru.

Dari jumlah pemilih, Yayat optimistis sebanyak 80 persen akan menggunakan hak pilihnya. Sejauh ini, hampir semua KPU daerah di Jabar sudah melakukan sosialisasi hingga 90 persen rampung.

Yayat mengatakan, imbauan berulang kali untuk lebih rajin menyosialisasikan tahapan pemilu sudah diingatkan jauh-jauh hari. Kunjungan ke sekolah hingga tukang becak dan pengemudi angkutan umum sudah dilakukan. Pengalaman tingginya angka golput hingga 32 persen tidak diinginkan terjadi di Jabar lagi.

Data KPU Jabar menyebutkan, jumlah golput mencapai 9.130.604 suara pada pilkada tahun 2008.

Jumlah itu melebihi perolehan masing-masing ketiga pasangan peserta pilkada. Saat itu, Ahmad Heryawan - Dede Yusuf meraih 7.287.647 suara. Agum Gumelar - Nu'man Abdul Hakim meraih 6.217.557 suara, dan Danny Setiawan - Iwan Sulanjana 4.490.901 suara.  

 

Golput menjadi salah satu fenomena kesadaran politik masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap pesta demokrasi. Bagi mereka yang tidak puas dengan kinerja calon yang ada, golput sepertinya menjadi pilihan utama.

Tidak ada yang bisa melarang, karena undang-undang melindungi hak setiap warga negara. Pemilihan umum di Thailand bahkan menyediakan bilik khusus bagi mereka yang golput.

Matdon (47), warga Cijerah, Kota Bandung, tidak menyangka bakal didatangi petugas hansip di sekitar tempat tinggalnya. Sembari membawa kotak suara, petugas hansip meminta Matdon untuk menentukan pilihannya dalam pilkada Jabar 2008.

"Meskipun sudah yakin tidak akan memilih, saya sudah ada rencana ke tempat pemungutan suara tapi telanjur sudah didatangi hansip duluan. Tidak ada yang saya pilih, karena saya coblos tiga calon yang maju," kata Matdon.

Bagi Matdon, golput adalah pilihan yang diambil sejak 21 tahun lalu. Terakhir, ia menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden 1992. Alasannya, ia belum yakin pilgub atau pilpres mampu sejahterakan masyarakat.

Niat baik rakyat untuk menyukseskan pilgub dan pilpres seringkali dibalas tingkah laku kepala daerah atau kepala negara yang memalukan. Beberapa tersangkut korupsi dan banyak pimpinan pemerintahan alpa memerhatikan kepentingan masyarakat.

Matdon mengklaim dirinya sebagai golput aktif. Meski tidak memilih, ia tapi tetap datang ke TPS (tempat pemungutan suara). Tujuannya mencegah penyalahgunaan hak suara miliknya. Golput juga tidak membuatnya berpangku tangan.

Ia memilih aktif dalam Yayasan Pendidikan Islam Ratnawiyah Asyikin. Yayasan ini memberikan pendidikan anak lewat taman pendidikan Al Quran dan taman kanak-kanak di Bandung. Ia juga ikut membesarkan dunia sastra Indonesia dan Sunda, melalui komunitas Majelis Sastra Bandung yang dirintisnya.

"Saya tidak pernah mengajak masyarakat lain untuk golput. Ini murni keinginan saya sendiri, karena yakin kesejahteraan masyarakat Indonesia tidak akan terwujud bila sekedar mengandalkan Pilgub atau Pilpres," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com