Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung, Kota Banjir...

Kompas.com - 18/01/2013, 03:36 WIB

Upaya penanganan

Banjir di Desa Cieunteng, Baleendah, sesungguhnya bukannya tanpa penanganan. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum menginisiasi pembangunan polder seluas 0,82 hektar mulai tahun 2013, sekitar 0,72 ha di antaranya dibeli dari warga. Enam pompa berkapasitas 12 meter kubik per detik nantinya akan menggelontorkan air ke Sungai Citarum dan kontrakan Ibu Euis di tepi polder.

Polder juga akan dibangun di Bojong Malaka, Kecamatan Dayeuhkolot. Jika anggaran cair, mulai tahun 2013 dibebaskan 20 ha lahan. Konstruksinya dikerjakan pada 2014 sampai 2015. Selain proyek polder, BBWS Citarum telah sibuk menormalisasi dan mengeruk sungai.

Sudar Dwi Atmanto, Ketua Jejaring Sumber Daya Air (JSDA) Indonesia, mengingatkan, proyek-proyek infrastruktur harus diimbangi upaya nonteknis. Salah satunya mengembalikan fungsi hulu Sungai Citarum. ”Bila tidak, percuma saja mengeruk dan membangun polder. Dana untuk proyek akan hanyut begitu saja,” ujarnya.

Menurut Sudar, penanganan banjir di Citarum belum tegas menentukan prioritas program. Kembali dia tekankan, untuk apa mengeruk lumpur bila hulunya hancur. ”Juga harus ada satu institusi yang berwenang ’menjewer’ kerja institusi lain terkait kinerja setiap pihak,” ujarnya.

Sudar menegaskan, langkah awalnya dapat menyinkronkan kebijakan, membentuk kelembagaan baru, kemudian memberikan mandat. ”Tanpa itu, sulit menuntaskan persoalan banjir ini. Relokasi permukiman warga, misalnya, telah dipikirkan dengan rencana pendirian rumah susun sederhana sewa (rusunawa), tetapi tidak jelas kapan realisasinya,” ujarnya.

Derita Cikapundung

Mirisnya, digesernya Kota Bandung ke arah utara, menuju Lembah Cikapundung, ternyata tetap menyisakan derita bagi sebagian warganya. Di balik Hotel Gino Feruci, hotel berbintang empat di kawasan Braga, ratusan warga yang bermukim di lembah Sungai Cikapundung menjadi langganan banjir.

”Seminggu lalu ada banjir setinggi pinggang gara-gara tanggul jebol,” ujar Neti Herawati (52), warga RT 004 RW 008, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumurbandung. Ate Sukardi, warga lain, mengatakan, banjir sewaktu-waktu datang bila arus sungai deras.

Kini mirip dengan Jakarta, Kota Bandung kerap digenangi air saat hujan deras. Tak sekadar genangan, bahkan badan jalan seolah-olah menjadi aliran sungai. Ambil contoh di Jalan Cihampelas, Jalan Dr Djundjunan, hingga Jalan Ir H Djuanda alias Jalan Dago yang tersohor itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com