BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Fenomena red tide atau serangan fitoplankton di Teluk Lampung akhir-akhir ini diduga dipicu kegiatan pengerukan alur laut Pelabuhan Panjang. Dugaan ini disampaikan sejumlah pembudidaya ikan keramba jaring apung di Ringgung, Jumat (4/1/2013).
Ali Al-Hadar, Ketua Forum Komunikasi Kerapu Lampung Wilayah Ringgung mengatakan, ribuan ikan yang dibudidayakan di keramba mati dalam beberapa pekan terakhir. "Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tiba-tiba muncul setelah adanya kegiatan itu (pengerukan di Pelabuhan Panjang)," tuturnya.
Sebelumnya, sejumlah akademisi dan peneliti menyebutkan, fenomena red tide biasanya muncul karena peningkatan kandungan unsur hara (nutrient) di laut yang menjadi sumber utama makanan plankton. Peningkatan unsur hara ini biasanya dipicu upwelling, yaitu terangkatnya endapan laut berupa sampah-sampah yang kaya unsur hara. Upwelling ini dapat terjadi secara ilmiah karena pertemuan arus di muara atau pengerukan laut.
Iim Saputra (31), pekerja transportasi laut di Lempasing, mengaku kerap melihat kapal keruk KK Halmahera lalu lalang ke wilayah perairan antara Pulau Tegal dan Condong yang berada di luar alur pelabuhan Panjang. "Tampaknya, itu seperti membuang limbah (endapan pengerukan)," tuturnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.