Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benih Unggul untuk Swasembada

Kompas.com - 17/10/2012, 04:36 WIB

Dalam acara pameran Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-bumbian yang diadakan di laboratorium lapang Balitkabi di Banyuwangi, Jawa Timur, September lalu, petani bisa melihat calon varietas bibit unggul itu. Sebagian bahkan aktif bertanya kapan bibit unggul, terutama Dering, bisa didapatkan di pasaran.

”Ladang kami kering, kalau menggunakan bibit biasa, seperti Anjasmoro, hasilnya tak maksimal. Karena itu, kami harap ada bibit unggul tahan kering,” kata Sarwono, yang mempunyai lahan di Curahjati, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi.

Para petani yang datang dalam pameran itu tampak aktif terlibat diskusi soal benih kedelai. Dari pameran, mereka memperoleh berbagai informasi tentang jenis dan keunggulan kedelai yang dilepas Balitkabi. Jika kondisi tanah asam, mereka bisa memilih benih yang terdahulu dilepas, yakni Tanggamus. Jika ingin kedelai dengan biji besar, mereka bisa memilih Anjasmoro atau Grobogan. Kedelai berbiji besar cocok untuk tempe. Untuk pembuatan tahu, petani bisa memilih Gepak Kuning dan Gepak Ijo.

Swasembada kedelai

Muchlish Adie, Kepala Balai Pemulia Kedelai, mengatakan, berbagai varietas dan calon varietas kedelai unggul itu diharapkan bisa mendukung swasembada kedelai di Indonesia. Potensi Indonesia sebenarnya sama dengan negara subtropis, seperti Amerika Serikat dan Brasil, sebagai penghasil kedelai.

Meski produksi kedelai di Indonesia saat ini hanya 1,8-22 ton per hektar, tanaman kedelai di Indonesia hanya berumur 85-90 hari. Di AS, produksi per hektar bisa mencapai 2,9 ton, tetapi masa tanamnya 160-170 hari. Menurut Muchlish, rendahnya produksi kedelai Indonesia disebabkan area tanam yang minim. Area kedelai di Indonesia hanya 700.000 hektar, sedangkan di AS 28 juta hektar dan Brasil 22 juta hektar.

Gatut Wahyu Anggoro, peneliti Balitkabi, menyebutkan, berdasarkan pemetaan, kondisi lahan di Indonesia sangat bervariasi. Di Nusa Tenggara, lahan sangat kering. Di Sumatera, lahan cenderung asam. Dengan berbagai calon varietas yang dikembangkan Balitkabi, diharapkan kondisi tanah apa pun bisa dimanfaatkan untuk tanaman kedelai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com