Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benih Unggul untuk Swasembada

Kompas.com - 17/10/2012, 04:36 WIB

Oleh Siwi Yunita C

Akhir tahun ini, petani kedelai di lahan kering boleh bernapas lega. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Kementerian Pertanian, akan melepas benih varietas unggulan tahan kering. Selain itu, ada lima benih unggul yang akan dilepas balai penelitian itu dalam kurun waktu dua tahun mendatang. 

Dering, singkatan dari kedelai toleran kekeringan, adalah nama varietas unggul yang akan dilepas akhir tahun ini. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Kementerian Pertanian, yang berpusat di Malang, Jawa Timur, mengklaim, rata-rata hasil biji kedelai itu mencapai 1,95 ton per hektar.

Dering adalah hasil persilangan antara varietas unggul lama Davros dan genotipe toleran kekeringan MLG 2984. Biasanya bibit kedelai yang hasil panennya tinggi mempunyai toleransi kekeringan rendah. Sebaliknya, kedelai yang tahan kering mempunyai potensi panen rendah.

”Dua bibit kedelai itu kami silangkan. Hasilnya, kami peroleh Dering yang merupakan turunan dari sifat positif dua jenis kedelai itu,” kata Novita Nugraheni, peneliti Balitkabi.

Butuh waktu 10 tahun untuk menghasilkan Dering karena kedelai hanya bisa dipanen sekali setahun dan perlu turunan ketujuh untuk mendapatkan sifat genetik yang diinginkan. Selama dua tahun, hasil silangan itu diuji, kemudian dilihat hasilnya.

Balitkabi juga menghasilkan lima varietas kedelai lain dengan keunggulan masing-masing. IAC100/B x Malabar adalah salah satu calon varietas tahan naungan. Artinya, kedelai itu tidak perlu banyak sinar matahari dan bisa ditanam di bawah pepohonan tinggi dengan hasil yang baik. Calon varietas unggul itu menjanjikan hasil panen 1,86 ton per hektar dengan umur 80 hari. Petani yang memiliki lahan dengan pepohonan seperti sengon dan kayu putih bisa memanfaatkan kedelai ini sebagai tanaman sela.

Ada juga calon varietas tahan genangan dengan hasil panen 2,75 ton per hektar. Umurnya hanya 79 hari. Dua varietas ini akan dilepas tahun 2014.

Tahun depan disiapkan tiga varietas unggul, yakni toleran pengisap, adaptif masam, dan kedelai hitam genjah. Benih toleran pengisap berarti tahan hama pengisap. Hama ini bisa membuat harga kedelai jatuh karena biji menjadi berlubang dan ringan, bahkan petani bisa gagal panen. Benih ini menjanjikan panen 3,29 ton per hektar.

Adapun benih adaptif masam cocok untuk tanah asam dengan hasil panen 2,5 ton per hektar. Kedelai hitam genjah adalah calon varietas bibit unggul dari kedelai hitam dengan umur yang hanya 75 hari dengan hasil panen 3,15 ton per hektar.

Dalam acara pameran Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-bumbian yang diadakan di laboratorium lapang Balitkabi di Banyuwangi, Jawa Timur, September lalu, petani bisa melihat calon varietas bibit unggul itu. Sebagian bahkan aktif bertanya kapan bibit unggul, terutama Dering, bisa didapatkan di pasaran.

”Ladang kami kering, kalau menggunakan bibit biasa, seperti Anjasmoro, hasilnya tak maksimal. Karena itu, kami harap ada bibit unggul tahan kering,” kata Sarwono, yang mempunyai lahan di Curahjati, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi.

Para petani yang datang dalam pameran itu tampak aktif terlibat diskusi soal benih kedelai. Dari pameran, mereka memperoleh berbagai informasi tentang jenis dan keunggulan kedelai yang dilepas Balitkabi. Jika kondisi tanah asam, mereka bisa memilih benih yang terdahulu dilepas, yakni Tanggamus. Jika ingin kedelai dengan biji besar, mereka bisa memilih Anjasmoro atau Grobogan. Kedelai berbiji besar cocok untuk tempe. Untuk pembuatan tahu, petani bisa memilih Gepak Kuning dan Gepak Ijo.

Swasembada kedelai

Muchlish Adie, Kepala Balai Pemulia Kedelai, mengatakan, berbagai varietas dan calon varietas kedelai unggul itu diharapkan bisa mendukung swasembada kedelai di Indonesia. Potensi Indonesia sebenarnya sama dengan negara subtropis, seperti Amerika Serikat dan Brasil, sebagai penghasil kedelai.

Meski produksi kedelai di Indonesia saat ini hanya 1,8-22 ton per hektar, tanaman kedelai di Indonesia hanya berumur 85-90 hari. Di AS, produksi per hektar bisa mencapai 2,9 ton, tetapi masa tanamnya 160-170 hari. Menurut Muchlish, rendahnya produksi kedelai Indonesia disebabkan area tanam yang minim. Area kedelai di Indonesia hanya 700.000 hektar, sedangkan di AS 28 juta hektar dan Brasil 22 juta hektar.

Gatut Wahyu Anggoro, peneliti Balitkabi, menyebutkan, berdasarkan pemetaan, kondisi lahan di Indonesia sangat bervariasi. Di Nusa Tenggara, lahan sangat kering. Di Sumatera, lahan cenderung asam. Dengan berbagai calon varietas yang dikembangkan Balitkabi, diharapkan kondisi tanah apa pun bisa dimanfaatkan untuk tanaman kedelai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com