Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Buatan Bukan Tugas Biasa-biasa Saja

Kompas.com - 01/10/2012, 02:53 WIB

”Padahal, dalam awan itu ada turbulensi dan partikel listrik. Kondisi dalam awan juga bisa menimbulkan medan magnet yang bisa mengganggu peralatan pesawat,” papar Deharday.

Meski sudah punya jam terbang tinggi, pilot pesawat untuk hujan buatan harus tetap waspada. Tio, misalnya, sudah menjalani berbagai misi di berbagai daerah, antara lain perbatasan dengan Papua Niugini, Malaysia, dan Timor Leste, serta darurat militer di Aceh.

Alumnus Akademi TNI AU tahun 1996 itu sudah menjadi pilot sejak akhir tahun 1998 dan memiliki sekitar 7.000 jam terbang, tetapi ia tetap berhati-hati. Lantaran tergolong berbahaya, mereka yang mengemudikan pesawat pembuat hujan adalah pilot dengan fisik lebih prima dibandingkan rata-rata.

”Apalagi pesawatnya termasuk kecil. Pesawat yang digunakan yakni Cassa 212-200 bermesin baling-baling dengan tipe unpressurized,” tutur Tio.

Di tengah situasi yang membuat stamina tidak keruan, kru terlihat tetap bekerja. Pilot menggenggam erat kemudi. Penabur garam menumpahkan bahan semai ke wadah khusus yang tersambung dengan saluran keluar pesawat. Demikian pula staf BPPT yang tetap memantau awan.

Jumlah personel TNI yang bertugas sebanyak 12 orang dengan empat pilot dan lainnya adalah teknisi, pembantu, serta pencuci pesawat. Selain Kalteng, rekan mereka dari TNI Angkatan Darat (AD) juga menerbangkan pesawat penyemai hujan buatan di Jambi untuk satu lokasi, dan BPPT di Riau untuk dua lokasi.

Koordinator Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Budi Harsoyo mengatakan, sudah sejak hujan buatan dimulai staf BPPT bersama TNI AU terus bekerja. ”Ada 10 pegawai BPPT. Tidak diganti-ganti. Koordinator bisa bergiliran bekerja menangani posko yang berlainan, tapi tetap tak pernah libur,” ujarnya.

Di Riau, hujan buatan bahkan sudah digelar sejak 13 Agustus 2012. Selanjutnya, hujan buatan direncanakan berlangsung di Sumatera Selatan meski waktunya belum dipastikan. Budi bahkan mendengar kemungkinan hujan buatan di Kalteng akan diperpanjang hingga 18 Oktober 2012.

Pada Hari Pangan se-Dunia Tingkat Nasional di Palangkaraya itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berencana hadir. Pemprov Kalteng telah mengajukan permintaan kepada BNPB. ”Tergantung, apakah BNPB akan memberikan instruksi melanjutkan hujan buatan atau tidak,” kata Budi.

Soal penugasan nonstop, pegawai BPPT sudah terbiasa. Meski hari Minggu atau libur nasional, mereka tetap datang ke Posko TMC. ”Tapi, tahun lalu tidak sampai empat lokasi sekaligus. Dampak psikologinya tetap terasa juga, tapi kami tetap bekerja,” ujar Budi.

Demikian pula dengan Tio dan rekan-rekannya yang tetap menikmati tugas agar perekonomian, terutama aktivitas bandara, tak terhambat. Jika tidak, gangguan pengiriman barang, tertundanya kunjungan pejabat, hingga infeksi saluran pernapasan atas bisa terjadi.

”Kami tetap enjoy menjalankan misi hujan buatan. Kalau satu atau dua hari saja tidak terbang rasanya ada yang kurang,” papar Tio sambil tersenyum. (Dwi Bayu Radius)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com